Selasa, 24 Juni 2014

Akhlak Terpuji Kepada Orang Tua



KATA PENGANTAR


BISM-2.TIF
 



Segala puji bagi Allah SWT, yang karena limpahan dan anugerah-Nya lah kelompok saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Shalawat beriring salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya.
Adapun makalah ini saya rangkum dari beberapa sumber yang dapat dipercaya yang sajiannya disajikan dalam lembar Daftar Pustaka dengan harapan makalah ini dapat menambah pengetahuan kita tentang Akhlak Terpuji Terhadap Orangtua dan Asma’ul Husna.
Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi makalah maupun tata cara penulisannya. Oleh sebab itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran guna lebih menyempurnakan penulisan makalah pada masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita semua. Wassalam.




Meulaboh,Mei 2014


Diana
 
 











DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR                                                                                                      i
DAFTAR ISI                                                                                                                    ii

BAB I      PENDAHULUAN 
A.       Latar Belakang                                                                                            1
B.       Rumusan Masalah                                                                                       1
C.       Tujuan Penulisan                                                                                         2
BAB II    PEMBAHASAN 
A.       Akhlak Terpuji Terhadap Orangtua                                                            3
B.       Ciri-ciri Akhlak Terpuji                                                                               4
C.       Manfaat Akhlak Terpuji                                                                              4
D.       Asmaul Husna                                                                                             5
E.        Ciri-ciri Asmaul Husna                                                                               5
F.        Manfaat Asmaul Husna                                                                              6
BAB III   PENUTUP
1.         Kesimpulan                                                                                                 7
2.         Saran                                                                                                           7

DAFTAR PUSTAKA                                                                                                      8

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kata Akhlak di sadur dari bahasa Arab dengan kosakata al-khulq yang berarti kejadian, budi pekerti dan tabi'at dasar yang ada pada manusia. Setiap manusia dilahirkan dengan tabi'at dasarnya yang dibawa dari Tuhan.
Dari segi sifatnya akhlak di bagi kepada dua bagian yaitu akhlak yang terpuji dan akhlak yang tercela. Jika perbuatan itu sudah menjadi kebiasaan itu sejalan dengan ajaran islam yang bersumberkan kepada Al-qur'an dan al-sunnah, disebut aklhak terpuji. Jika kebiasaan itu bertentangan dengan ajaran islam disebut akhlak tercela.
Salah satu akhlak yang di ajarkan oleh Rasulullah SAW adalah bagaimana kita bertingkah laku dan bergaul dengan sesama manusia agar terjadi hubungan yang harmonis dan saling menghargai sesamanaya. Hubungan yang baik terhadap sesama manusia ini antara lain dapat kita lakukan terhadap orang tua kita, teman kita, tetangga kita baik ia muslim maupun non muslim.
Sejak dulu para ulama telah banyak membahas dan menafsirkan nama-nama ini, karena nama-nama Allah adalah alamat kepada Dzat yang mesti kita ibadahi dengan sebenarnya. Meskipun timbul perbedaan pendapat tentang arti, makna, dan penafsirannya akan tetapi yang jelas adalah kita tidak boleh musyrik dalam mempergunakan atau menyebut nama-nama Allah ta'ala. Selain perbedaaan dalam mengartikan dan menafsirkan suatu nama terdapat pula perbedaan jumlah nama, ada yang menyebut 99, 100, 200, bahkan 1.000 bahkan 4.000 nama, namun menurut mereka, yang terpenting adalah hakikat Dzat Allah SWT yang harus dipahami dan dimengerti oleh orang-orang yang beriman seperti Nabi Muhammad SAW.
Asma'ul husna secara harfiah adalah nama-nama, sebutan, gelar Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Nama-nama Allah yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan kehebatan milik Allah.
B.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis mangambil tema penulisan tentang Akhlak Terpuji Terhadap Orang Tua dan Asmaul Husna.


C.      Tujuan Penulisan
1.      Agar lebih memahami tentang Akhlak Terpuji Terhadap Orang Tua dan Asmaul Husna.
2.      Agar mengetahui pengertian Akhlak Terpuji Terhadap Orang Tua dan Asmaul Husna.
3.      Agar mengetahui ciri-ciri Akhlak Terpuji Terhadap Orang Tua dan Asmaul Husna.
4.      Agar mengetahui manfaar Akhlak Terpuji Terhadap Orang Tua dan Asmaul Husna.



BAB II
PEMBAHASAN

A.           Akhlak Terpuji Terhadap Orang Tua
Akhlak adalah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak lanjut yang dihayati dalam kenyataan hidup sehari-hari. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral (moralsence) yang terdapat di dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Menurut definisi yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan, tanpa terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang lama.
Orang tua (ibu dan bapak) adalah orang secara jasmani menjadi asal keturunan anak. Jadi anak adalah keturunan dari orang tuanya dan darahnya adalah juga mengalir darah orang tuanya. Seorang anak kandung merupakan bagian dari darah dan daging orang tuanya, sehingga apa yang dirasakaan oleh anaknya juga dirasakan oleh orang tuanya dan demikian sebaliknya.
Itu pula sebabnya secara kudrati, setiap orang tua menyayangi dan mencintai anaknya sebagai mana ia menyayangi dan mencintai dirinya sendiri. Kasih dan sayang ini mulai dicurahkan sepenuhnya terutama oleh ibu, semenjak anak masih dalam kandungan sampai ia lahir dan menyusui bahkan sampai tua.
Rasulullah SAW, bersabda :
Artinya:
“Abu kuroib Muhamad bin al-ala’ al-Hamdaniy memberitahu kami ibnu fudhail memberitahu kami, dari ayahnya, dari umaroh bin Al-Qa’qa, dari abu Zur’ah, dari abu hurairoh RA, ia berkata, seorang laki-laki pernah bertanya kepada rasulullah SAW, “Wahai rasulullah, siapakah yang paling berhak di pergauli dengan yang sebaik-baiknya,” Beliau bersabda : “ibumu,ibumu,ibumu, lalu bapakmu, kemudian yang lebih dekat dan yang lebih dekat denganmu.”
Secara jasmani, anak dikandung oleh ibunya selama sembilan bulan dan secara rohaniah secara lima bulan, selama itu, ibu merasakan kepayahan dan kesusahan membawa kandungannya yang semakin lama semakin berat, disamping harus memberikan perhatian penuh dengan kasih dan saying. Dibalik kepayahan itu masih tersimpan rasa kebanggaan dan kebahagiaan, ia tidak pernah mengeluh da bosan apa lagi kesal atas kandungannya.
B.            Ciri-Ciri Akhlak Terpuji
Adapun ciri-ciri akhlak yang terpuji adalah
1.        Bersifat warak dari melakukan perkara-perkara yang syubhat
2.        Memelihara penglihatan 
3.        Memelihara Lidah
4.        Bersifat Pemalu
5.        Bersifat Lembut dan Sabar
6.        Bersifat Benar dan Jujur
7.        Bersifat rendah diri
8.        Menjauhi sangka buruk dan mengumpat
9.        Bersifat pemurah
10.    Qudwah Hasanah (Suri teladan yang baik)

C.           Manfaat Akhlak terpuji
Sebagaimana telah disebutkan bahwa akhlak adalah keadaan batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan dimana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa memikirkan untung rugi. Bagi orang yang berakhlak baik, berbuat baik adalah satu ekpresi, bukan transaksi, oleh karena itu perbuatan baiknya mengalir begitu saja tanpa harus mempertimbangkan untung rugi. Yang dimaksud dengan perbuatan adalah kegiatan fisik atau mental yang dilakukan secara sengaja dan bertujuan. Perbuatan bisa berujud aktifitas gerak, bisa juga berwujud diam tanpa gerak. Tidak berbuat dan tidak berkatakata yang dilakukan secara sengaja adalah suatu perbuatan yang bernilai akhlak. Oleh karena itu bagi orang yang berakhlak, perkataannya, perbuatannnya dan diamnya diukur secara cermat, kapan harus berkata dan kapan harus diam, kapan harus bertindak dan kapan harus berdiam diri. Akhlak mengandung dimensi vertikal, horizontal dan internal, oleh karena itu kemanfaatan hidup berakhlak dirasakan oleh masyarakat dan oleh orang yang bersangkutan.

Diantara manfaat hidup berakhlak bagi individu yang berakhlak adalah:
1.        Dapat menikmati ketenangan hidup.
2.        Tidak mudah terguncang oleh perubahan situasi.
3.        Tidak mudah tertipu oleh fatamorgana kehidupan.
4.        Dapat menikmati hidup dalam segala keadaan.


D.           Asmaul Husna
Dalam agama Islam, Asmaa'ul husna adalah nama-nama Allah yang indah dan baik. Asma berarti nama dan husna berarti yang baik atau yang indah, jadi asma'ul husna adalah nama nama milik Allah yang baik lagi indah.
Sejak dulu para ulama telah banyak membahas dan menafsirkan nama-nama ini, karena nama-nama Allah adalah alamat kepada Dzat yang mesti kita ibadahi dengan sebenarnya. Meskipun timbul perbedaan pendapat tentang arti, makna, dan penafsirannya akan tetapi yang jelas adalah kita tidak boleh musyrik dalam mempergunakan atau menyebut nama-nama Allah ta'ala. Selain perbedaaan dalam mengartikan dan menafsirkan suatu nama terdapat pula perbedaan jumlah nama, ada yang menyebut 99, 100, 200, bahkan 1.000 bahkan 4.000 nama, namun menurut mereka, yang terpenting adalah hakikat Dzat Allah SWT yang harus dipahami dan dimengerti oleh orang-orang yang beriman seperti Nabi Muhammad SAW.
Asma'ul husna secara harfiah adalah nama-nama, sebutan, gelar Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Nama-nama Allah yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan kehebatan milik Allah.
Para ulama berpendapat bahwa kebenaran adalah konsistensi dengan kebenaran yang lain. Dengan cara ini, umat Muslim tidak akan mudah menulis "Allah adalah ...", karena tidak ada satu hal pun yang dapat disetarakan dengan Allah, akan tetapi harus dapat mengerti dengan hati dan keteranga Al-Qur'an tentang Allah ta'ala. Pembahasan berikut hanyalah pendekatan yang disesuaikan dengan konsep akal kita yang sangat terbatas ini. Semua kata yang ditujukan pada Allah harus dipahami keberbedaannya dengan penggunaan wajar kata-kata itu. Allah itu tidak dapat dimisalkan atau dimiripkan dengan segala sesuatu,
E.            Ciri-Ciri Asma’ul Husna
Nama-nama indah (Asmaul Husna) yang berjumlah 99 menurut hitungan ulama Sunni, dapat dirangkai secara kronologis begitu indah ibarat seuntai tasbih. Dimulai dengan lafadz al-jalalah, Allah, dengan angka 0 (nol), yang di anggap angka kesempurnaan, disusul dengan al-Rahman, al-Rahim dan seterusnya sampai angka ke 99, al-Sabur. Dan kembali lagi ke angka nol, Allah (al-jalalah), atau kembali lagi ke pembatas besar dalam untaian tasbih, symbol angka nol berupa cyrcle, bermula dan berakhir pada stu titik, atau menurut istilah Al-Qur’an: Inna li Allah wa inna ilaihi raji’un,(kita berasal dari tuhan dan akan kembali kepada-Nya).
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa Asmaul Husna Allah SWT berjumlah 99 nama. Sebagian dari Asmaul Husna tersebut termasuk kedalam sifat wajib Allah, yakni sifat-sifat dan  pasti dimiliki Allah SWT. Mengenai jumlah Asmaul Husna Rasulullah SAW bersabda; Artinya:” Sesunnguhnya Allah itu mempunyai Sembilan puluh Sembilan nama, seratus kurang satu. Barang siapa menghafalkannya dengan meyakini akan kebenarannya maka ia masuk syurga, sesungguhnya Allah itu maha ganjil tidak genap dan senang sekali sesuatu yang ganjil. (HR. Ibnu Majah).
F.            Manfaat Asma’ul Husna
Asma`ul Husna memiliki manfaat bila kita mengucapkannya. Seperti bila kita membaca ” Yaa Waarits” maka Allah SWT akan memperpanjang umur kita(Wallahu`alam). Begitulah yang saya ketahui dari sebuah buku yang saya miliki. Namun karena refrensi buku itu tidak cukup meyakinkan, maka saya bertanya mengenai hal ini.
Artinya : “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu.” (QS. Al A’raf : 180)
Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh bahwasanya Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya Allah swt memiliki 99 nama, seratus kurang satu. Siapa yang menghitungnya maka ia akan masuk surga.” (HR. Bukhori)
Al ‘Ashili mengatakan bahwa makna dari menghitung nama-nama-Nya adalah mengamalkannya bukan menghitung dan menghafalkannya karena apabila sebatas itu maka itu pun bisa dilakukan oleh orang-orang kafir maupun munafiq, sebagaimana hadits bahwa orang-orang khawarij juga membaca Al Qur’an sementara ia (bacaannya) itu melewati tenggorokan mereka.
Ibn Batthol mengatakan bahwa menghitung bisa dilakukan dengan lisan dan perbuatan. Siapa yang mengamalkan bahwa Allah swt memiliki nama-nama khusus seperti al ahad (Maha Esa), al Muta’al (Maha Tinggi), al Qodir (Maha Kuasa) dan yang lainnya maka wajib baginya untuk meyakini dan tunduk terhadapnya. Dan Allah mempunyai nama-nama yang disunnahkan untuk diikuti didalam makna-maknanya seperti ar Rohim (Maha Penyayang), al Karim (Maha Mulia), al ‘Afwu (Maha Pemaaf) dan lainnya. Dan disunnahkan bagi hamba-Nya untuk berhias dengan makna-maknanya dalam rangka menunaikan hak mengamalkannya maka inilah makna menghitung dengan amal. Adapun menghitung dengan lisan adalah mengumpulkan, menghafal dan berdoa dengannya walaupun dalam hal menghitung dan menghafal bisa dilakukan oleh orang-orang yang tidak beriman akan tetapi seorang mukmin dibedakan dengan keimanannya dan mengamalkannya. (Fathul Bari juz XIII hal 436).

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Kata Akhlak di sadur dari bahasa Arab dengan kosakata al-khulq yang berarti kejadian, budi pekerti dan tabi'at dasar yang ada pada manusia. Setiap manusia dilahirkan dengan tabi'at dasarnya yang dibawa dari Tuhan.
Asma'ul husna secara harfiah adalah nama-nama, sebutan, gelar Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Nama-nama Allah yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan kehebatan milik Allah.
B.       Saran
Mendo’akan orang tua. Sebagaimana dalam ayat “Robbirhamhuma kamaa rabbayaani shagiiro” (Wahai Rabb-ku kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku diwaktu kecil). Seandainya orang tua belum mengikuti dakwah yang haq dan masih berbuat syirik serta bid’ah, kita harus tetap berlaku lemah lembut kepada keduanya. Dakwahkan kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut sambil berdo’a di malam hari, ketika sedang shaum, di hari Jum’at dan di tempat-tempat dikabulkannya do’a agar ditunjuki dan dikembalikan ke jalan yang haq oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.


DAFTAR PUSTAKA

Stacey Leung, 2013                      Ahklak Terpuji. Wordpress.com, diakses online pada tanggal 3 Mei 2014
                                                      http://applelovestory.wordpress.com/akhlak-terpuji-berbakti-kepada-orang-tua/

Atif Ashofi,2013                           Makalah Asma’ul Husana. Wordpress.com, diakses online pada tanggal 3 Mei 2014
                                                      http://lathifashofi.wordpress.com/2011/05/10/makalah-asmaul-husna/

 

0 komentar:

Posting Komentar