KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah SWT, yang karena limpahan dan anugerah-Nya lah kelompok saya dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Shalawat beriring salam kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya.
Adapun
makalah ini saya rangkum dari beberapa sumber yang dapat dipercaya yang
sajiannya disajikan dalam lembar Daftar Pustaka dengan harapan makalah ini
dapat menambah pengetahuan kita tentang Akhlak
Terpuji Terhadap Orangtua dan Asma’ul
Husna.
Saya
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
segi isi makalah maupun tata cara penulisannya. Oleh sebab itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran guna lebih menyempurnakan penulisan makalah pada
masa yang akan datang.
Akhir
kata, semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita semua. Wassalam.
|
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR i
DAFTAR
ISI ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang 1
B. Rumusan
Masalah 1
C. Tujuan
Penulisan 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Akhlak Terpuji Terhadap Orangtua 3
B. Ciri-ciri Akhlak Terpuji 4
C. Manfaat Akhlak Terpuji 4
D. Asmaul Husna 5
E.
Ciri-ciri Asmaul Husna 5
F.
Manfaat Asmaul Husna 6
BAB
III PENUTUP
1.
Kesimpulan 7
2.
Saran
7
DAFTAR
PUSTAKA 8
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kata Akhlak di sadur dari
bahasa Arab dengan kosakata al-khulq yang berarti kejadian, budi pekerti dan
tabi'at dasar yang ada pada manusia. Setiap manusia dilahirkan dengan tabi'at
dasarnya yang dibawa dari Tuhan.
Dari segi sifatnya akhlak di
bagi kepada dua bagian yaitu akhlak yang terpuji dan akhlak yang tercela. Jika
perbuatan itu sudah menjadi kebiasaan itu sejalan dengan ajaran islam yang
bersumberkan kepada Al-qur'an dan al-sunnah, disebut aklhak terpuji. Jika kebiasaan
itu bertentangan dengan ajaran islam disebut akhlak tercela.
Salah satu akhlak yang di
ajarkan oleh Rasulullah SAW adalah bagaimana kita bertingkah laku dan bergaul
dengan sesama manusia agar terjadi hubungan yang harmonis dan saling
menghargai sesamanaya. Hubungan yang baik terhadap sesama manusia ini antara
lain dapat kita lakukan terhadap orang tua kita, teman kita, tetangga kita baik
ia muslim maupun non muslim.
Sejak dulu para ulama telah
banyak membahas dan menafsirkan nama-nama ini, karena nama-nama Allah adalah alamat kepada Dzat yang mesti kita ibadahi dengan sebenarnya. Meskipun
timbul perbedaan pendapat tentang arti, makna, dan penafsirannya akan tetapi
yang jelas adalah kita tidak boleh musyrik dalam mempergunakan atau menyebut nama-nama Allah ta'ala. Selain perbedaaan dalam mengartikan dan
menafsirkan suatu nama terdapat pula perbedaan jumlah nama, ada yang menyebut
99, 100, 200, bahkan 1.000 bahkan 4.000 nama, namun menurut mereka, yang
terpenting adalah hakikat Dzat Allah
SWT yang harus dipahami dan dimengerti oleh orang-orang yang beriman seperti
Nabi Muhammad SAW.
Asma'ul husna secara harfiah adalah nama-nama, sebutan, gelar Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya.
Nama-nama Allah yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang
menyatu dalam kebesaran dan kehebatan milik Allah.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis
mangambil tema penulisan tentang Akhlak
Terpuji Terhadap Orang Tua dan Asmaul Husna.
C.
Tujuan Penulisan
1. Agar lebih memahami tentang Akhlak Terpuji Terhadap Orang Tua dan Asmaul
Husna.
2. Agar mengetahui pengertian Akhlak Terpuji Terhadap Orang Tua dan Asmaul
Husna.
3. Agar mengetahui ciri-ciri Akhlak Terpuji Terhadap Orang Tua dan Asmaul
Husna.
4. Agar mengetahui manfaar Akhlak Terpuji Terhadap Orang Tua dan Asmaul
Husna.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Akhlak
Terpuji Terhadap Orang Tua
Akhlak
adalah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran,
perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak
lanjut yang dihayati dalam kenyataan hidup sehari-hari. Dari kelakuan itu
lahirlah perasaan moral (moralsence) yang terdapat di dalam diri manusia
sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk. Menurut definisi yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali, akhlak adalah suatu
sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang dapat melahirkan suatu perbuatan
yang mudah dilakukan, tanpa terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang
lama.
Orang tua (ibu dan bapak) adalah orang secara jasmani menjadi asal
keturunan anak. Jadi
anak
adalah keturunan dari orang tuanya dan darahnya adalah juga mengalir darah
orang tuanya. Seorang anak kandung merupakan bagian dari darah dan daging orang
tuanya, sehingga apa yang dirasakaan oleh anaknya juga dirasakan oleh orang
tuanya dan demikian sebaliknya.
Itu
pula sebabnya secara kudrati, setiap orang tua menyayangi dan mencintai anaknya
sebagai mana ia menyayangi dan mencintai dirinya sendiri. Kasih dan sayang ini
mulai dicurahkan sepenuhnya terutama oleh ibu, semenjak anak masih dalam
kandungan sampai ia lahir dan menyusui bahkan sampai tua.
Rasulullah
SAW, bersabda :
Artinya:
“Abu kuroib Muhamad bin al-ala’ al-Hamdaniy memberitahu kami
ibnu fudhail memberitahu kami, dari ayahnya, dari umaroh bin Al-Qa’qa, dari abu
Zur’ah, dari abu hurairoh RA, ia berkata, seorang laki-laki pernah bertanya
kepada rasulullah SAW, “Wahai rasulullah, siapakah yang paling berhak di
pergauli dengan yang sebaik-baiknya,” Beliau bersabda : “ibumu,ibumu,ibumu,
lalu bapakmu, kemudian yang lebih dekat dan yang lebih dekat denganmu.”
Secara jasmani, anak dikandung oleh
ibunya selama sembilan bulan dan secara rohaniah secara lima bulan, selama itu,
ibu merasakan kepayahan dan kesusahan membawa kandungannya yang semakin lama
semakin berat, disamping harus memberikan perhatian penuh dengan kasih dan
saying. Dibalik kepayahan itu masih tersimpan rasa kebanggaan dan kebahagiaan,
ia tidak pernah mengeluh da bosan apa lagi kesal atas kandungannya.
B.
Ciri-Ciri
Akhlak Terpuji
Adapun ciri-ciri akhlak yang terpuji adalah
1.
Bersifat warak
dari melakukan perkara-perkara yang syubhat
2.
Memelihara
penglihatan
3.
Memelihara
Lidah
4.
Bersifat
Pemalu
5.
Bersifat
Lembut dan Sabar
6.
Bersifat Benar
dan Jujur
7.
Bersifat
rendah diri
8.
Menjauhi
sangka buruk dan mengumpat
9.
Bersifat
pemurah
10. Qudwah Hasanah (Suri teladan yang baik)
C.
Manfaat
Akhlak terpuji
Sebagaimana
telah disebutkan bahwa akhlak adalah keadaan batin seseorang yang menjadi
sumber lahirnya perbuatan dimana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa
memikirkan untung rugi. Bagi orang yang berakhlak baik, berbuat baik adalah
satu ekpresi, bukan transaksi, oleh karena itu perbuatan baiknya mengalir
begitu saja tanpa harus mempertimbangkan untung rugi. Yang dimaksud dengan
perbuatan adalah kegiatan fisik atau mental yang dilakukan secara sengaja dan
bertujuan. Perbuatan bisa berujud aktifitas gerak, bisa juga berwujud diam
tanpa gerak. Tidak berbuat dan tidak berkatakata yang dilakukan secara sengaja
adalah suatu perbuatan yang bernilai akhlak. Oleh karena itu bagi orang yang
berakhlak, perkataannya, perbuatannnya dan diamnya diukur secara cermat, kapan
harus berkata dan kapan harus diam, kapan harus bertindak dan kapan harus
berdiam diri. Akhlak mengandung dimensi vertikal, horizontal dan internal, oleh
karena itu kemanfaatan hidup berakhlak dirasakan oleh masyarakat dan oleh orang
yang bersangkutan.
Diantara manfaat hidup berakhlak bagi individu yang berakhlak adalah:
Diantara manfaat hidup berakhlak bagi individu yang berakhlak adalah:
1.
Dapat menikmati ketenangan hidup.
2.
Tidak mudah terguncang oleh perubahan
situasi.
3.
Tidak mudah tertipu oleh fatamorgana
kehidupan.
4.
Dapat menikmati hidup dalam segala
keadaan.
D.
Asmaul
Husna
Dalam agama
Islam, Asmaa'ul husna adalah
nama-nama Allah yang indah dan baik. Asma berarti
nama dan husna berarti yang baik atau yang indah, jadi asma'ul husna adalah
nama nama milik Allah yang baik lagi indah.
Sejak dulu para
ulama telah banyak membahas dan menafsirkan nama-nama ini, karena nama-nama Allah
adalah alamat kepada Dzat
yang mesti kita ibadahi dengan sebenarnya. Meskipun timbul perbedaan pendapat
tentang arti, makna, dan penafsirannya akan tetapi yang jelas adalah kita tidak
boleh musyrik dalam mempergunakan atau menyebut
nama-nama Allah ta'ala. Selain perbedaaan dalam
mengartikan dan menafsirkan suatu nama terdapat pula perbedaan jumlah nama, ada
yang menyebut 99, 100, 200, bahkan 1.000 bahkan 4.000 nama, namun menurut
mereka, yang terpenting adalah hakikat Dzat
Allah SWT yang harus dipahami dan
dimengerti oleh orang-orang yang beriman seperti Nabi Muhammad SAW.
Asma'ul husna
secara harfiah adalah nama-nama, sebutan, gelar Allah
yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Nama-nama Allah
yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran
dan kehebatan milik Allah.
Para ulama
berpendapat bahwa kebenaran adalah konsistensi dengan kebenaran yang lain.
Dengan cara ini, umat Muslim tidak akan mudah
menulis "Allah adalah ...", karena tidak ada satu hal pun yang
dapat disetarakan dengan Allah, akan tetapi harus dapat mengerti dengan hati
dan keteranga Al-Qur'an tentang Allah
ta'ala. Pembahasan berikut hanyalah pendekatan yang disesuaikan dengan konsep akal
kita yang sangat terbatas ini. Semua kata yang ditujukan pada Allah
harus dipahami keberbedaannya dengan penggunaan wajar kata-kata itu. Allah
itu tidak dapat dimisalkan atau dimiripkan dengan segala sesuatu,
E.
Ciri-Ciri
Asma’ul Husna
Nama-nama indah (Asmaul
Husna) yang berjumlah 99 menurut hitungan ulama Sunni, dapat dirangkai
secara kronologis begitu indah ibarat seuntai tasbih. Dimulai dengan lafadz
al-jalalah, Allah, dengan angka 0 (nol), yang di anggap angka kesempurnaan,
disusul dengan al-Rahman, al-Rahim dan seterusnya sampai angka ke 99, al-Sabur.
Dan kembali lagi ke angka nol, Allah (al-jalalah), atau kembali lagi
ke pembatas besar dalam untaian tasbih, symbol angka nol berupa cyrcle,
bermula dan berakhir pada stu titik, atau menurut istilah Al-Qur’an: Inna
li Allah wa inna ilaihi raji’un,(kita berasal dari tuhan dan akan kembali
kepada-Nya).
Seperti yang telah
disebutkan di atas bahwa Asmaul Husna Allah SWT berjumlah 99 nama. Sebagian
dari Asmaul Husna tersebut termasuk kedalam sifat wajib Allah, yakni
sifat-sifat dan pasti dimiliki Allah SWT. Mengenai jumlah Asmaul Husna
Rasulullah SAW bersabda; Artinya:” Sesunnguhnya Allah itu mempunyai
Sembilan puluh Sembilan nama, seratus kurang satu. Barang siapa menghafalkannya
dengan meyakini akan kebenarannya maka ia masuk syurga, sesungguhnya Allah itu
maha ganjil tidak genap dan senang sekali sesuatu yang ganjil. (HR. Ibnu
Majah).
F.
Manfaat
Asma’ul Husna
Asma`ul Husna memiliki
manfaat bila kita mengucapkannya. Seperti bila kita membaca ” Yaa Waarits” maka
Allah SWT akan memperpanjang umur kita(Wallahu`alam). Begitulah yang saya
ketahui dari sebuah buku yang saya miliki. Namun karena refrensi buku itu tidak
cukup meyakinkan, maka saya bertanya mengenai hal ini.
Artinya : “Hanya milik Allah
asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna
itu.” (QS. Al A’raf : 180)
Didalam sebuah
hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh bahwasanya Rasulullah saw
bersabda,”Sesungguhnya Allah swt memiliki 99 nama, seratus kurang satu. Siapa
yang menghitungnya maka ia akan masuk surga.” (HR. Bukhori)
Al ‘Ashili
mengatakan bahwa makna dari menghitung nama-nama-Nya adalah mengamalkannya
bukan menghitung dan menghafalkannya karena apabila sebatas itu maka itu pun
bisa dilakukan oleh orang-orang kafir maupun munafiq, sebagaimana hadits bahwa
orang-orang khawarij juga membaca Al Qur’an sementara ia (bacaannya) itu
melewati tenggorokan mereka.
Ibn Batthol
mengatakan bahwa menghitung bisa dilakukan dengan lisan dan perbuatan. Siapa
yang mengamalkan bahwa Allah swt memiliki nama-nama khusus seperti al ahad
(Maha Esa), al Muta’al (Maha Tinggi), al Qodir (Maha Kuasa) dan yang lainnya
maka wajib baginya untuk meyakini dan tunduk terhadapnya. Dan Allah mempunyai
nama-nama yang disunnahkan untuk diikuti didalam makna-maknanya seperti ar
Rohim (Maha Penyayang), al Karim (Maha Mulia), al ‘Afwu (Maha Pemaaf) dan
lainnya. Dan disunnahkan bagi hamba-Nya untuk berhias dengan makna-maknanya
dalam rangka menunaikan hak mengamalkannya maka inilah makna menghitung dengan
amal. Adapun menghitung dengan lisan adalah mengumpulkan, menghafal dan berdoa
dengannya walaupun dalam hal menghitung dan menghafal bisa dilakukan oleh
orang-orang yang tidak beriman akan tetapi seorang mukmin dibedakan dengan
keimanannya dan mengamalkannya. (Fathul Bari juz XIII hal 436).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kata Akhlak di sadur dari
bahasa Arab dengan kosakata al-khulq yang berarti kejadian, budi pekerti dan
tabi'at dasar yang ada pada manusia. Setiap manusia dilahirkan dengan tabi'at
dasarnya yang dibawa dari Tuhan.
Asma'ul husna secara harfiah adalah nama-nama, sebutan, gelar Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya.
Nama-nama Allah yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang
menyatu dalam kebesaran dan kehebatan milik Allah.
B.
Saran
Mendo’akan orang tua. Sebagaimana dalam ayat
“Robbirhamhuma kamaa rabbayaani shagiiro” (Wahai Rabb-ku kasihanilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku diwaktu kecil).
Seandainya orang tua belum mengikuti dakwah yang haq dan masih berbuat syirik
serta bid’ah, kita harus tetap berlaku lemah lembut kepada keduanya. Dakwahkan
kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut sambil berdo’a di malam
hari, ketika sedang shaum, di hari Jum’at dan di tempat-tempat dikabulkannya
do’a agar ditunjuki dan dikembalikan ke jalan yang haq oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
DAFTAR PUSTAKA
Stacey Leung, 2013 Ahklak Terpuji. Wordpress.com,
diakses online pada tanggal 3 Mei 2014
Atif Ashofi,2013 Makalah Asma’ul
Husana. Wordpress.com, diakses online pada tanggal 3 Mei 2014
0 komentar:
Posting Komentar