KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT , yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini yang kami beri judul “Berkompetisi dalam
Kebaikan”.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kita semua tentang perintah Allah SWT untuk senantiasa
berkompetisi dalam berbuat kebaikan, serta hadist Nabi yang juga memerintahkan
hal yang sama.
Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini . Kami berharap
semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi kami khususnya .
Meulaboh, Februari 2014
Penyusun,
Fadhil Darmawi
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI
ii
BAB
I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BABII
PEMBAHASAN 2
A.
Pengertian
Bekompetisi 2
B.
Pengertian
Kebaikan 2
C.
Berkompetisi
dalam Kebaikan Sesuai Perintah Allah SWT dalam
Surat Al-Baqarah:148 dan Hadist Nabi
3
BAB
III PENUTUP
6
A. Kesimpulan 6
B. Saran 6
DAFTAR
PUSTAKA 7
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Allah Ta’ala telah memberikan berbagai nikmat-Nya kepada kita semua yang
tentunya harus kita syukuri dengan cara: yang pertama, kita meyakini dalam hati
bahwa nikmat-nikmat tersebut datangnya dari Allah semata, yang merupakan
karunia-Nya yang diberikan kepada kita; yang kedua, mengucapkan rasa syukur
kepada-Nya melalui lisan-lisan kita dengan cara memuji-Nya; dan yang ketiga,
mempergunakannya sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.
Di antara nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah harta dan
sehatnya anggota badan seperti lisan, tangan, kaki dan lainnya. Semua nikmat
itu harus kita gunakan untuk ketaatan kepada Allah dengan cara menginfakkan
harta yang kita miliki di jalan kebenaran, membiasakan lisan kita untuk
senantiasa berdzikir kepada-Nya dengan dzikir-dzikir yang telah diajarkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya yang shahih,
mengucapkan ucapan yang baik, beramar ma’ruf nahi munkar dan sebagainya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas, maka kami merumuskan beberapa hal yang akan dibahas pada makalah ini,
yaitu :
1.
Apa pengertian dari
berkompetisi?
2.
Apa pengertian kebaikan?
3.
Bagaimana penjelasan
perintah Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah:148 serta Hadist Nabi untuk
berkompetisi dalam berbuat kebaikan.
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1.
Agar kita mengetahui dan
memahami perintah Allah SWT maupun hadist Nabi yang memerintahkan kita untuk
berkompetisi dalam berbuat kebaikan.
2.
Untuk mengingatkan kita agar
senantiasa berbuat kebaikan, kapanpun dan dimanapun.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Berkompetisi
Kompetisi adalah kata kerja intransitive yang
berarti tidak membutuhkan objek sebagai korban kecuali ditambah dengan pasangan
kata lain seperti against (melawan), over (atas), atau with (dengan). Tambahan
itu pilihan hidup dan bisa disesuaikan dengan kepentingan keadaan menurut versi
tertentu.
Menurut Deaux, Dane dan Wrightsman (1993), kompetisi
adalah aktivitas mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau
kelompok. Individu atau kelompok memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi
tergantung dari struktur reward dalam suatu situasi.
Menurut Chaplin (1999), kompetisi adalah saling
mengatasi dan berjuang antara dua individu, atau antara beberapa kelompok untuk
memperebutkan objek yang sama.
B.
Pengertian
Kebaikan
Secara umum kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan
menjadi tujuan manusia. Tingkah laku manusia adalah baik dan benar, jika tingkah laku tersebut menuju
kesempuranan manusia. Kebaikan disebut nilai(value),
apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi kebaikan yang konkrit.Manusia
menentukan tingkah lakunya untuk tujuan dan memilih jalanyang ditempuh.
Pertama kali yang timbul dalam jiwa adalah tujuan itu, dalampelaksanaanya yang
pertama diperlukan adalah jalan-jalan itu. Jalan yangditempuh mendapatkan nilai dari tujuan akhir.Manusia harus
mempunyai tujuan akhir untuk arah hidupnya.
Tujuan harus ada, supaya manusia dapat menentukan
tindakan pertama. Jika tidak,manusia akan hidup secara serampangan. Tetapi bisa
juga orang mengatakanhidup secara serampangan menjadi tujuan hidupnya.Akan
tetapi dengan begitu manusia tidak akan sampai kepada kesempurnaan kebaikan
selaras dengan derajat manusia.Untuk setiap manusia, hanya terdapat satu tujuan
akhir. Seluruh manusiamempunyai sifat serupa dalam usaha hidupnya, yaitu
menuntut kesempurnaan.Tujuan akhir selamanya merupakan kebaikan tertinggi, baik
manusia itu mencarinya dengan kesenangan atau tidak.
Tingkah
laku atau perbuatan menjadi baik dalam arti
akhlak, apabila membimbing manusia ke arah tujuan akhir, yaitu dengan melakukan
perbuatan yang membuatnya baik sebagai manusia
Berdasarkan norma susila, kebaikan atau keburukan perbuatan
manusiadapat dipandang melalui beberapa cara, yaitu :
a)
Objektif,
keadaan perseorangan tidak dipandang.
b)
Subjektif,
keadaan perseorangan diperhitungkan.
c)
Batiniah,
berasal dari dalam perbuatan sendiri
(kebatinan, intrinsic)
d)
Lahiriah,
berasal dari perintah atau larangan Hukum
Positif (ekstrinsik)Perbuatan yang sendirinya jahat tidak dapat menjadi baik
atau netralkarena alasan atau keadaan. Biarpun mungkin taraf
keburukannya dapat berubahsedikit sedikit,
orang tidak boleh berbuat jahat untuk mencapai kebaikan.Perbuatan yang baik,
tumbuh dalam kebaikannya, karena kebaikan alasandan keadaannya. Suatu
alasan atau keadaan yang jahat sekali, telah cukup untuk menjahatkan
perbuatan. Kalau kejahatan itu sedikit, maka kebaikan perbuatanhanya akan dikurangi.Perbuatan netral memproleh
kesusilaannya, karena alasan dan keadaannya.Jika ada beberapa keadaan, baik dan
jahat, sedang perbuatan itu sendiri ada baik atau netral dipergunakan.
C.
Berkompetisi dalam Kebaikan Sesuai Perintah Allah SWT dalam
Surat Al-Baqarah:148 dan Hadist Nabi
Berlomba
dalam menggapai dunia bukan hal yang asing lagi di tengah kita untuk masuk
perguruan tinggi terkemuka kita dapat menyaksikan sendiri bagaimana setiap
orang ingin dapat yang terdepan. Cita-citanya bagaimana bisa mendapat penghidupan
yang bahagia kelak,namun amat jarang kita perhatikan orang-orang berlomba dalam
hal akhirat.
Sedikit
orang yang mendapat rahmat Allah yang mungkin sadar akan hal ini. Cobalah saja
perhatikan bagaimana orang-orang lebih senang menghafal berbagai tembangan ‘nyanyian’
daripada menghafalkan Al Qur’an Al Karim. Bahkan lebih senang menjadi nomor
satu dalam hal tembangan, lagu apa saja yang dihafal, daripada menjadi nomor
satu dalam menghafalkan Kalamullah.
Di dalam
shalat jama’ah pun, kita dapat saksikan sendiri bagaimana ada yang sampai
menyerahkan shaf terdepan pada orang
lain. “Silahkan, Bapak saja yang di depan”, ujar seseorang. Akhirat diberikan
pada orang lain. Padahal shaf terdepan adalah shaf utama dibanding yang di
belakangnya bagi kaum pria.
Demikianlah
karena tidak paham dalam hal menjadi nomor satu dalam kebaikan akhirat sehingga
rela jadi yang terbelakang.
Ayat yang patut direnungkan bersama
pada kesempatan kali ini adalah firman Allah Ta’ala dalam Surat Al-Baqarah 148 :
“Dan
bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti
Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al- Baqarah : 148 )”.[1]
Isi kandungan ayat diatas adalah :
Setiap
umat mempunyai kiblat, umat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menghadap ke ka’bah,
Bani Israil dan orang-orang Yahudi menghadap ke Baitul Maqdis, dan Allah telah
memerintahkan supaya kaum muslimin menghadap ka’bah dalam shalat. Oleh karena
itu, hendaknya kaum muslimin bersatu, bekerja dengan giat, beramal, bertobat
dan berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan dan tidak menjadi fitnah atau cemooh
dari orang-orang yang ingkar sebagai penghambat..
Allah akan
menghimpun seluruh manusia untuk dihitung dan diberi balasan atas segala amal
perbuatannya. Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada yang dapat
melemahkannya untuk mengumpulkan seluruh manusia pada hari pembalasan.
Kemuliaan manusia bisa kita pahami dari iman dan amal saleh atau kebaikannya
dalam bersikap dan bertingkah laku di mana pun dia berada dan dalam keadaan
bagaimanapun situasi dan kondisinya. Itu sebabnya semakin banyak perbuatan baik
yg dilakukannya maka akan semakin mulia harkat dan martabatnya di hadapan Allah
SWT.
Memahami
ilmu kebaikan bagi seorang muslim tiap amal yang dilakukannya tentu harus
didasari pada ilmu semakin banyak ilmu yg dimiliki dipahami dan dikuasai insya
Allah akan makin banyak amal yang bisa dilakukannya sedangkan makin sedikit
pemahaman atau ilmu seseorang akan semakin sedikit juga amal yg bisa
dilakukannya apalagi belum tentu orang yg mempunyai ilmu secara otomatis bisa
mengamalkannya. Ini berarti seseorang akan semakin terangsang untuk melakukan
kebaikan manakala dia memahami ilmu tentang kebaikan itu.
Paling
tidak ada dua kriteria tentang kebaikan yang diterima oleh Allah SWT. Pertama
ikhlas dalam beramal yakni,Pertama ,melakukan
suatu amal dengan niat semata-mata ikhlas krna Allah SWT atau tidak riya dalam
arti mengharap pujian dari selain Allah SWT. Karena itu dalam hadis yg terkenal
Rasulullah saw bersabda yang artinya “Sesungguhnya amal itu sangat tergantung pada
niatnya”.
Kedua melakukan kebaikan itu secara benar
hal ini krna meskipun niat seseorang sudah baik bila dalam melakukan amal
dengan cara yg tidak baik maka hal itu tetap tidak bisa diterima oleh Allah SWT
karen ini termasuk bagian dari mencari selain Islam sebagai agama hidupnya yang
jelas-jelas akan ditolak Allah SWT sebagaimana yg sudah disebutkan pada QS
2:148 di atas.
Akhirnya
menjadi jelas bagi kita bahwa hidup ini harus kita jalani untuk mengabdi kepada
Allah SWT yang terwujud salah satunya dalam bentuk melakukan kebaikan dan
masing-masing orang harus berusaha melakukan kebaikan sebanyak mungkin sebagai
bentuk kongkret dari perwujudan kehidupan yg baik di dunia dan ini pula yang
akan menjadi bekal bagi manusia dalam menjalani kehidupannya di akhirat kelak.
Selain
itu, terdapat juga hadist yang bunyinya sebagai berikut :
فالأَوَّلُُ : عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ الله عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ :
"باَدِرُوْا بِالأَعْمَالِ الصَّالِحَاتِ فَسَتَكُوْنُ فِتَنٌ كَقِطَعِ
اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يَصْبَحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيَمْسِي كَافِرًا،
وَيَمْسِي مُؤْمِنًا وَيَصْبَحُ كَافِرًا، يَيِبْيعُ دِيْنَهُ بِعَرَضٍ مِنَ
الدُّنْيَا". رَوَاهُ مُسْلِم.
“Bersegeralah
kalian untuk melakukan amal shaleh, karena akan terjadi bencana yang menyerupai
malam yan gelap gulita, yaitu seseorang di waktu pagi dia beriman tetapi pada
waktu sore dia kafir, atau pada waktu sore ia beriman tetapi pada waktu paginya
ia kafir, dia rela menukar agamanya dengan sedikit keuntungan dunia.”[2]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
penjabaran diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa manusia tak lepas dari sebuah
dosa. Dimanapun kita berada pasti kita sering melakukan dosa setiap harinya
,entah kita sadari atau tidak.Apabila kita ingin berbuat baik kepada orang
lain.Terkadang kita salah mengerti dengan keadaan orang tersebut sehingga
terjadi salah paham diantara sesama.
Dimanapun
kaki ini menginjak dan dimanapun nafas ini masih menghembus, jalankanlah
perintah berlomba-lombalah dalam kebaikan sesuai dengan maksud yang ada. Berikanlah
yang terbaik untuk sesama dan pahami bagaimana keadaannya terlebih dahulu agar
kita terhindar dari rasa kesalahpahaman antar sesama serta tidak ada yang
dirugikan atas semua tindakan baik kita.
B.
Saran
Berbuat kebaikan jelas diperintahkan
oleh Allah SWT. Perintah untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, dapat
kita temukan dalam Al-Quran maupun Al-Hadist.
DAFTAR PUSTAKA
Liston
Haposan Subrian. 2010. Pengertian
Kebaikan Secara Etika. (online). Diakses pada tanggal 25 Februari 1014 .pada pukul 09.27 WIB.
Arif Sobaruddin. 2012. Pengertian kompetisi. (online). Diakses
Pada tanggal 25 Februari 2014 pada pukul 09.27 WIB.
Muhammad Nasruddin Hasan. 2010. Berlomba-Lomba dalam Kebaikan. (online).
Diakses pada tanggal 25 Februari 2014 pada pukul 09.27 WIB.
Muhammad Haryono. 2011. Meneguhkan Iman (2). (online). Diakses
pada tanggal 25 Februari 2014 pukul 10: WIB
Yanuar Firdaus. Al-Baqarah : 148. Al Quran Online.
(Online). Diakses pada tanggal 25 Februari 2014 pukul 10:00WIB
[1] Yanuar Firdaus. “Al-Baqarah : 148 ”. Al Quran
Online, diakses dari http://quran.ittelkom.ac.id/?sid=2&aid=148&pid=arabicid pada tanggal 25
Februari 2014 pukul 10:00WIB
[2] Muhammad Maryono. “Meneguhkan Iman (2)”. Arsip Kategori : Kuliah Subuh, diakses dari http://muhammadmaryono.wordpress.com/author/muhammadmaryono/page/4/ pada tanggal 25
Februari 2014 pukul 10:00WIB
0 komentar:
Posting Komentar