Jumat, 14 Maret 2014

Berkompetisi Dalam Kebaikan





KATA PENGANTAR



Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT , yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang kami beri judul “Berkompetisi dalam Kebaikan”.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua tentang perintah Allah SWT untuk senantiasa berkompetisi dalam berbuat kebaikan, serta hadist Nabi yang juga memerintahkan hal yang sama.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini . Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi kami khususnya .



Meulaboh, Februari 2014
Penyusun,



Fadhil Darmawi

















DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR                                                                                                  i
DAFTAR ISI                                                                                                                ii

BAB I      PENDAHULUAN                                                                                       1
A.       Latar Belakang                                                                                       1
B.       Rumusan Masalah                                                                                  1
C.       Tujuan Penulisan                                                                                    1
BABII     PEMBAHASAN                                                                                          2
A.       Pengertian Bekompetisi                                                                          2
B.       Pengertian Kebaikan                                                                              2
C.       Berkompetisi dalam Kebaikan Sesuai Perintah Allah SWT dalam
Surat Al-Baqarah:148 dan Hadist Nabi                                                 3
BAB III   PENUTUP                                                                                                   6
A.       Kesimpulan                                                                                             6
B.       Saran                                                                                                       6

DAFTAR PUSTAKA                                                                                                  7

 













BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Allah Ta’ala telah memberikan berbagai nikmat-Nya kepada kita semua yang tentunya harus kita syukuri dengan cara: yang pertama, kita meyakini dalam hati bahwa nikmat-nikmat tersebut datangnya dari Allah semata, yang merupakan karunia-Nya yang diberikan kepada kita; yang kedua, mengucapkan rasa syukur kepada-Nya melalui lisan-lisan kita dengan cara memuji-Nya; dan yang ketiga, mempergunakannya sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.
Di antara nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah harta dan sehatnya anggota badan seperti lisan, tangan, kaki dan lainnya. Semua nikmat itu harus kita gunakan untuk ketaatan kepada Allah dengan cara menginfakkan harta yang kita miliki di jalan kebenaran, membiasakan lisan kita untuk senantiasa berdzikir kepada-Nya dengan dzikir-dzikir yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya yang shahih, mengucapkan ucapan yang baik, beramar ma’ruf nahi munkar dan sebagainya.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami merumuskan beberapa hal yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu :
1.         Apa pengertian dari berkompetisi?
2.         Apa pengertian kebaikan?
3.         Bagaimana penjelasan perintah Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah:148 serta Hadist Nabi untuk berkompetisi dalam berbuat kebaikan.

C.      Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.         Agar kita mengetahui dan memahami perintah Allah SWT maupun hadist Nabi yang memerintahkan kita untuk berkompetisi dalam berbuat kebaikan.
2.         Untuk mengingatkan kita agar senantiasa berbuat kebaikan, kapanpun dan dimanapun.
BAB II
PEMBAHASAN


A.      Pengertian Berkompetisi
Kompetisi adalah kata kerja intransitive yang berarti tidak membutuhkan objek sebagai korban kecuali ditambah dengan pasangan kata lain seperti against (melawan), over (atas), atau with (dengan). Tambahan itu pilihan hidup dan bisa disesuaikan dengan kepentingan keadaan menurut versi tertentu.
Menurut Deaux, Dane dan Wrightsman (1993), kompetisi adalah aktivitas mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu atau kelompok memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari struktur reward dalam suatu situasi.
Menurut Chaplin (1999), kompetisi adalah saling mengatasi dan berjuang antara dua individu, atau antara beberapa kelompok untuk memperebutkan objek yang sama.

B.       Pengertian Kebaikan
Secara umum kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Tingkah laku manusia adalah baik dan benar, jika tingkah laku tersebut menuju kesempuranan manusia. Kebaikan disebut nilai(value), apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi kebaikan yang konkrit.Manusia menentukan tingkah lakunya untuk tujuan dan memilih jalanyang ditempuh. Pertama kali yang timbul dalam jiwa adalah tujuan itu, dalampelaksanaanya yang pertama diperlukan adalah jalan-jalan itu. Jalan yangditempuh mendapatkan nilai dari tujuan akhir.Manusia harus mempunyai tujuan akhir untuk arah hidupnya.
Tujuan harus ada, supaya manusia dapat menentukan tindakan pertama. Jika tidak,manusia akan hidup secara serampangan. Tetapi bisa juga orang mengatakanhidup secara serampangan menjadi tujuan hidupnya.Akan tetapi dengan begitu manusia tidak akan sampai kepada kesempurnaan kebaikan selaras dengan derajat manusia.Untuk setiap manusia, hanya terdapat satu tujuan akhir. Seluruh manusiamempunyai sifat serupa dalam usaha hidupnya, yaitu menuntut kesempurnaan.Tujuan akhir selamanya merupakan kebaikan tertinggi, baik manusia itu mencarinya dengan kesenangan atau tidak.
Tingkah laku atau perbuatan menjadi baik dalam arti akhlak, apabila membimbing manusia ke arah tujuan akhir, yaitu dengan melakukan perbuatan yang membuatnya baik sebagai manusia
Berdasarkan norma susila, kebaikan atau keburukan perbuatan manusiadapat dipandang melalui beberapa cara, yaitu :
a)         Objektif, keadaan perseorangan tidak dipandang.
b)        Subjektif, keadaan perseorangan diperhitungkan.
c)         Batiniah, berasal dari dalam perbuatan sendiri (kebatinan, intrinsic)
d)                 Lahiriah, berasal dari perintah atau larangan Hukum Positif (ekstrinsik)Perbuatan yang sendirinya jahat tidak dapat menjadi baik atau netralkarena alasan atau keadaan. Biarpun mungkin taraf keburukannya dapat berubahsedikit sedikit, orang tidak boleh berbuat jahat untuk mencapai kebaikan.Perbuatan yang baik, tumbuh dalam kebaikannya, karena kebaikan alasandan keadaannya. Suatu alasan atau keadaan yang jahat sekali, telah cukup untuk menjahatkan perbuatan. Kalau kejahatan itu sedikit, maka kebaikan perbuatanhanya akan dikurangi.Perbuatan netral memproleh kesusilaannya, karena alasan dan keadaannya.Jika ada beberapa keadaan, baik dan jahat, sedang perbuatan itu sendiri ada baik atau netral dipergunakan.

C.      Berkompetisi dalam Kebaikan Sesuai Perintah Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah:148 dan Hadist Nabi
Berlomba dalam menggapai dunia bukan hal yang asing lagi di tengah kita untuk masuk perguruan tinggi terkemuka kita dapat menyaksikan sendiri bagaimana setiap orang ingin dapat yang terdepan. Cita-citanya bagaimana bisa mendapat penghidupan yang bahagia kelak,namun amat jarang kita perhatikan orang-orang berlomba dalam hal akhirat.
Sedikit orang yang mendapat rahmat Allah yang mungkin sadar akan hal ini. Cobalah saja perhatikan bagaimana orang-orang lebih senang menghafal berbagai tembangan ‘nyanyian’ daripada menghafalkan Al Qur’an Al Karim. Bahkan lebih senang menjadi nomor satu dalam hal tembangan, lagu apa saja yang dihafal, daripada menjadi nomor satu dalam menghafalkan Kalamullah.
Di dalam shalat jama’ah pun, kita dapat saksikan sendiri bagaimana ada yang sampai menyerahkan shaf  terdepan pada orang lain. “Silahkan, Bapak saja yang di depan”, ujar seseorang. Akhirat diberikan pada orang lain. Padahal shaf terdepan adalah shaf utama dibanding yang di belakangnya bagi kaum pria.
Demikianlah karena tidak paham dalam hal menjadi nomor satu dalam kebaikan akhirat sehingga rela jadi yang terbelakang.
Ayat yang patut direnungkan bersama pada kesempatan kali ini adalah firman Allah Ta’ala dalam Surat Al-Baqarah 148 :




Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al- Baqarah : 148 )”.[1]

Isi kandungan ayat diatas adalah :
Setiap umat mempunyai kiblat, umat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menghadap ke ka’bah, Bani Israil dan orang-orang Yahudi menghadap ke Baitul Maqdis, dan Allah telah memerintahkan supaya kaum muslimin menghadap ka’bah dalam shalat. Oleh karena itu, hendaknya kaum muslimin bersatu, bekerja dengan giat, beramal, bertobat dan berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan dan tidak menjadi fitnah atau cemooh dari orang-orang yang ingkar sebagai penghambat..
Allah akan menghimpun seluruh manusia untuk dihitung dan diberi balasan atas segala amal perbuatannya. Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada yang dapat melemahkannya untuk mengumpulkan seluruh manusia pada hari pembalasan. Kemuliaan manusia bisa kita pahami dari iman dan amal saleh atau kebaikannya dalam bersikap dan bertingkah laku di mana pun dia berada dan dalam keadaan bagaimanapun situasi dan kondisinya. Itu sebabnya semakin banyak perbuatan baik yg dilakukannya maka akan semakin mulia harkat dan martabatnya di hadapan Allah SWT.
Memahami ilmu kebaikan bagi seorang muslim tiap amal yang dilakukannya tentu harus didasari pada ilmu semakin banyak ilmu yg dimiliki dipahami dan dikuasai insya Allah akan makin banyak amal yang bisa dilakukannya sedangkan makin sedikit pemahaman atau ilmu seseorang akan semakin sedikit juga amal yg bisa dilakukannya apalagi belum tentu orang yg mempunyai ilmu secara otomatis bisa mengamalkannya. Ini berarti seseorang akan semakin terangsang untuk melakukan kebaikan manakala dia memahami ilmu tentang kebaikan itu.
Paling tidak ada dua kriteria tentang kebaikan yang diterima oleh Allah SWT. Pertama ikhlas dalam beramal yakni,Pertama ,melakukan suatu amal dengan niat semata-mata ikhlas krna Allah SWT atau tidak riya dalam arti mengharap pujian dari selain Allah SWT. Karena itu dalam hadis yg terkenal Rasulullah saw bersabda yang artinya Sesungguhnya amal itu sangat tergantung pada niatnya”.
Kedua melakukan kebaikan itu secara benar hal ini krna meskipun niat seseorang sudah baik bila dalam melakukan amal dengan cara yg tidak baik maka hal itu tetap tidak bisa diterima oleh Allah SWT karen ini termasuk bagian dari mencari selain Islam sebagai agama hidupnya yang jelas-jelas akan ditolak Allah SWT sebagaimana yg sudah disebutkan pada QS 2:148 di atas.
Akhirnya menjadi jelas bagi kita bahwa hidup ini harus kita jalani untuk mengabdi kepada Allah SWT yang terwujud salah satunya dalam bentuk melakukan kebaikan dan masing-masing orang harus berusaha melakukan kebaikan sebanyak mungkin sebagai bentuk kongkret dari perwujudan kehidupan yg baik di dunia dan ini pula yang akan menjadi bekal bagi manusia dalam menjalani kehidupannya di akhirat kelak.
Selain itu, terdapat juga hadist yang bunyinya sebagai berikut :
فالأَوَّلُُ : عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ الله عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : "باَدِرُوْا بِالأَعْمَالِ الصَّالِحَاتِ فَسَتَكُوْنُ فِتَنٌ كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يَصْبَحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيَمْسِي كَافِرًا، وَيَمْسِي مُؤْمِنًا وَيَصْبَحُ كَافِرًا، يَيِبْيعُ دِيْنَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا". رَوَاهُ مُسْلِم.
Bersegeralah kalian untuk melakukan amal shaleh, karena akan terjadi bencana yang menyerupai malam yan gelap gulita, yaitu seseorang di waktu pagi dia beriman tetapi pada waktu sore dia kafir, atau pada waktu sore ia beriman tetapi pada waktu paginya ia kafir, dia rela menukar agamanya dengan sedikit keuntungan dunia.”[2]
BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan
Dari penjabaran diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa manusia tak lepas dari sebuah dosa. Dimanapun kita berada pasti kita sering melakukan dosa setiap harinya ,entah kita sadari atau tidak.Apabila kita ingin berbuat baik kepada orang lain.Terkadang kita salah mengerti dengan keadaan orang tersebut sehingga terjadi salah paham diantara sesama.
Dimanapun kaki ini menginjak dan dimanapun nafas ini masih menghembus, jalankanlah perintah berlomba-lombalah dalam kebaikan sesuai dengan maksud yang ada. Berikanlah yang terbaik untuk sesama dan pahami bagaimana keadaannya terlebih dahulu agar kita terhindar dari rasa kesalahpahaman antar sesama serta tidak ada yang dirugikan atas semua tindakan baik kita.

B.       Saran
Berbuat kebaikan jelas diperintahkan oleh Allah SWT. Perintah untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, dapat kita temukan dalam Al-Quran maupun Al-Hadist.













DAFTAR PUSTAKA


Liston Haposan Subrian. 2010. Pengertian Kebaikan Secara Etika. (online). Diakses pada tanggal 25 Februari 1014 .pada pukul 09.27 WIB.

Arif Sobaruddin. 2012. Pengertian kompetisi. (online). Diakses Pada tanggal 25 Februari 2014 pada pukul 09.27 WIB.
                            http://www.bisosial.com/2012/11/pengertian-konpetisi.html

Muhammad Nasruddin Hasan. 2010. Berlomba-Lomba dalam Kebaikan. (online). Diakses pada tanggal 25 Februari 2014 pada pukul 09.27 WIB.
                            http://referensiislam.blogspot.com/2011/06/berlomba-lomba-dalam-kebaikan.html

Muhammad Haryono. 2011. Meneguhkan Iman (2). (online). Diakses pada tanggal 25 Februari 2014 pukul 10: WIB
                         http://muhammadmaryono.wordpress.com/author/muhammadmaryono/page/4/

Yanuar Firdaus. Al-Baqarah : 148. Al Quran Online. (Online). Diakses pada tanggal 25 Februari 2014 pukul 10:00WIB


[1] Yanuar Firdaus. “Al-Baqarah : 148 ”. Al Quran Online, diakses dari http://quran.ittelkom.ac.id/?sid=2&aid=148&pid=arabicid pada tanggal 25 Februari 2014 pukul 10:00WIB
[2] Muhammad Maryono. “Meneguhkan Iman (2)”.  Arsip Kategori : Kuliah Subuh, diakses dari http://muhammadmaryono.wordpress.com/author/muhammadmaryono/page/4/ pada tanggal 25 Februari 2014 pukul 10:00WIB

0 komentar:

Posting Komentar