Rabu, 22 April 2015

Makalah Ekologi Tumbuhan



Artikel Ekologi Tumbuhan
KUMPULAN INTISARI LIMA MAKALAH DARI LIMA PEMAKALAH SEMINAR NASIONAL BIOTIK 2014

Disusun oleh:
Fadhil Darmawi






AKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2013/2014






BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Ekologi adalah salah satu cabang ilmu yang membahas tentang interaksi atau tanggapan makhluk hidup terhadap lingkungannya. Ekologi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari interaksi tumbuhan dengan lingkungannya. Artikel ini dibuat dalam hal untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Ekologi Tumbuhan. Artikel ini berisi tentang intisari atau pokok bahasan penting dari lima makalah yang disampaikan pemakalah pada SEMNAS BIOTIK 2014.
Lima judul makalah yang akan dibahas di sini di antaranya yaitu Pengaruh Tingkat Kematangan Dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Cabai (Capsicum annuum L.), Pengaruh Jarak Tanam Dan Jumlah Benih Per Lubang Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.), Struktur Stratifikasi Vegetasi dan Dinamika Tumbuhan Manggrove Pantai Teupin Layen Kecamatan Sukakarya Kota Sabang, Analisis Vegetasi Tumbuhan Berkayu Di Hutan Lindung Lueng Angen Kecamatan Sukakarya Kota Sabang dan Cadangan Karbon Hutan Lindung Lueng Angen Di Kecamatan Suka Karya Kota Sabang.











BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengaruh Tingkat Kematangan Dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Cabai (Capsicum annuum L.), Oleh Rita Hayati, Ainun Marliah, Kasmiadi

Cabai merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak digemari masyarakat Indonesia,  dimanaciri dari jenis sayuran ini rasanya pedas dan memiliki aroma yang khas, sehingga dapat membangkitkan selera makan.
Permintaan cabai terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan stabilitas ekonomi nasional yang stabil. Seiring dengan berkembangnya industri pangan nasional, cabai merupakan salah satu bahan baku yang dibutuhkan secara berkesinambungan karena merupakan bahan pangan yang dikonsumsi setiap saat, maka cabai akan terus dibutuhkan dengan jumlah yang semakin meningkat. Pola permintaan cabai semakin meningkat sepanjang waktu, sedangkan produksinya berkaitan dengan musim tanam sehingga pasar akan mengalami kekurangan pasokan kalau masa panen raya belum tiba.
Buah cabai setelah dipanen masih melakukan aktifitas hidup seperti respirasi. Selain mengalami proses respirasi, setelah dipanen cabai juga mengalami pelayuan akibat adanya proses transpirasi. Oleh karena itu, untuk mempertahankan mutu cabai dari produsen sampai pada konsumen diperlukan penanganan pascapanen. Penanganan pasca panen yang penting untuk mempertahankan mutu cabai adalah dengan penyimpanan dan pengemasan. Pengemasan merupakan suatu perlakuan sebelum dilakukan pemasaran dan bertujuan untuk mencegah kerusakan produk. Cabai biasanya dikemas dengan menggunakan plastik polyethylene karena memiliki sifat kedap air dan dapat mencegah transpirasi selama penyimpanan, serta murah dan mudah didapat.
Kerusakan pada cabai juga mengakibatkan singkatnya selang waktu antara saat panen dan konsumsi apabila tidak mendapat perlakuan untuk memperpanjang masa simpan (shelf life). Salah satu usaha untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memberikan perlakuan penyimpanan suhu dingin antara 7,2-10 0C dengan tujuan agar dapat mempertahankan lebih lama. Penyimpanan diperlukan untuk mempertahankan mutu dan kesegara buah hingga sampai ke tangan konsumen dalam keadaan baik, selain itu juga bertujuan untuk memperpanjang umur simpan agar dapat dikonsumsi pada waktu yang akan datang dengan mutu yang tetap baik.
Untuk menentukan tingkat kematangan cabai yang tepat dan saat panen yang sesuai, dapat dilakukan berbagai cara, yaitu secara visual atau penampakan, secara fisik, dan secara kimia. Tingkat kematangan pada cabai di tandai dengan perubahan warna, perubahan warna  pada  cabai yaitu: warna coklat kehitaman, peralihan (coklat kemerah-merahan) dan masak (merah merata).
Tingkat kematangan coklat kehitaman memberikan kualitas terbaik terhadap buah cabai. Karena pada tingkat kematangan coklat kehitaman memberikan nilai susut bobot terendah dan memberikan nilai tertinggi dalam mempertahankan kadar air, kadar vitamin C dan nilai organoleptik tingkat kepedasan.
Kadar air buah cabai yang lebih tinggi diperoleh pada perlakuan lama penyimpanan selama 7 hari (L1) sebesar 64,19% yang berbeda nyata dengan perlakuan lama penyimpanan selama 14 hari (L2) sebesar 60,59% dan 21 hari (L3) sebesar 57,95%.Menurut Apandi (1998) setelah dipanen sayuran dan buah-buahan akan mengalami perubahan komposisi dan mutu karena proses metabolisme masih berlanjut. Proses metabolisme yang terjadi tersebut adalah respirasi dan transpirasi, yang mana tidak ada pergantian terhadap substrak yang telah dirombak, sehingga akan terjadi terus proses kemunduran mutu.
Penyimpanan selama 7 hari memberikan kualitas terbaik terhadap buah cabai. Karena semakin lama buah cabai disimpan maka susut bobot akan semakin meningkat sedangkan kadar air, kadar vitamin C, nilai uji organoleptik tekstur, warna, aroma dan penerimaan keseluruhan akan semakin menurun.
Buah-buahan yang disimpan akan mengalami penguapan (transpirasi) yang berarti mengalami kehilangan air, dan dapat menyebabkan buah menjadi tampak layu atau tidak segar dan kulit buah berkerut. Dalam hal ini yang terus terjadi adalah proses turunnya kadar air pada buah cabai.
B.       Pengaruh Jarak Tanam Dan Jumlah Benih Per Lubang Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.), Oleh Adhe Lilha Elnysha, Mardhiah Hayati, Ashabul Anhar
Gandum (Triticum aestivum L.) merupakan serealia dari famili Graminae (Poaceae). Gandum bahan makanan pokok manusia selain beras, lebih popular dibandingkan bahan makanan lainnya sesama serealia karena adanya keistimewaan kandungan gluten sekitar 80% dan protein yang cukup tinggi pada bijinya. Gluten adalah protein yang bersifat kohesif dan liat sehingga banyak digunakan untuk membuat roti, tepung dan sereal. Selain kandungan gluten yang tinggi, gandum memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi diantaranya karbohidrat 60% - 80%, protein 6%- 17%, lemak 1.5%- 2.0%, mineral 1.5%- 2.0% dan sejumlah vitamin
Gandum tropis (dataran rendah) mampu berbunga lebih cepat yaitu antara 35-51 hari, sedangkan gandum dataran tinggi dalam waktu 55-60 hari. Hasil gandum dataran rendah adalah 2,4 ton/ha dengan menggunakan varietas Oasis-Skauz (varietas introduksi) sedangkan varietas unggul nasional masing-masing Selayar, Nias dan Dewata dengan hasil masing-masing 1,9; 1,6 dan 1,3 ton/ha.
Peningkatan produksi gandum dapat dilakukan baik secara ekstensifikasi maupun intensifikasi. Secara ekstensifikasi dengan meningkatkan luas areal tanam. Sedangkan secara intensifikasi dapat dilakukan dengan memberikan pupuk sesuai dosis, menggunakan varietas unggul dan mengatur jarak tanam dan kebutuhan benih per lubang tanam.
Jarak tanam merupakan salah satu faktor yang berperan penting terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Jarak tanam yang terlalu rapat akan menyebabkan tanaman tumbuh tidak seragam dikarenakan persaingan dalam memperoleh  hara, cahaya dan air lebih besar antara satu tanaman dengan tanaman lainnya. Namun apabila jarak tanam dibuat terlalu lebar maka akan diperoleh produktivitas yang rendah karena masih ada luas lahan yang tidak dimanfaatkan. Jarak tanam mempunyai ukuran yang bervariasi tergantung dari tingkat kesuburan tanah dan varietas (varietas yang kanopinya lebar, memerlukan jarak tanam lebih besar daripada yang kanopinya lebih kecil). Jarak tanam untuk tanaman gandum adalah 20 cm x 10 cm, 25 cm x 10 cm, 25 cm x 5 cm atau 30 cm x 10 cm.
Faktor lainnya yang berperan penting terhadap produktivitas tanaman adalah jumlah benih per lubang tanam.  Banyaknya benih per lubang tergantung dari daya tumbuh benih. Benih yang berdaya tumbuh 95 persen cukup dua butir per lubang. Benih yang berdaya tumbuh kurang dari 90 persen sebaiknya lebih dari dua butir per lubang. Jonhamas dan Marbun dalam, bibit yang ditanam dengan jumlah yang sedikit akan memiliki kemampuan yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.
Tanaman gandum siap dipanen setelah 80% dari rumpun telah bemalai, jerami batang dan daun mengering serta menguning. Tanaman gandum siap dipanen jika 25 % dari bagian malai telah matang penuh dan butir gandum cukup keras bila dipijit ditangan. Pemanenan dilakukan dengan cara batang gandum dipotong 30 cm dari ujung malai kemudian diikat. Malai yang baru dipanen dikeringkan, kemudian dijemur pada panas matahari selama 1- 2 hari agar malai mudah dirontokan.  Gandum dirontokan dengan menggunakan mesin perontok yaitu thresher. Setelah perontokan biji gandum dikeringkan sampai kadar air 14 persen.
C.         Struktur Stratifikasi Vegetasi dan Dinamika Tumbuhan Manggrove Pantai Teupin Layen Kecamatan Sukakarya Kota Sabang, Oleh Dinasri Muharija, Mulyadi, dan Fatiyah

Ekosistem mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Pembentuk vegetasi ini adalah jenis-jenis pohon yang dapat beradaptasi secara fisiologis terhadap salinitas yang relatif tinggi, struktur dan komposisi tanah yang lunak dan terpengaruh oleh pasang surut. Jenis yang umum terdapat adalah Avicenia Sp, Bruguieria Sp dan Rhizophora sp.
Vegetasi mangrove mempunyai peranan penting dalam lingkungannya yaitu sebagai perangkap sedimen, penahan ombak, penahan angin, pengendali angin, pengendali banjir, penetrasi pencemaran dan penahan intrusi air asin. Sedangkan peranan dalam lingkungan biotik adalah sebagai tempat berkembang biaknya berbagai biota air termasuk ikan, udang, molusca, reptilia, mamalia dan burung.
Hutan mangrove dapat dijumpai disepanjang kawasan pesisir, terutama pada daerah yang landai dan terlindung, serta ditopang oleh adanya aliran air pasang surut serta aliran air sungai. Perkembangan setiap jenis mangrove secara konsisten berkaitan erat dengan tipe substrat, elevasi dan keterbukaan wilayah pesisir, sehingga spesifikasi tempat tumbuhnya berpengaruh dominan terhadap tipe komunitas dan tumbuhan yang berasosiasi. Kerapatan jenis mangrove dipengaruhi oleh ketersidiaan air tawar atau dengan kata lain salinitas dan juga pertumbuhan mangrove didukung oleh ketersediaan air yang membawa sedimen, pertumbuhan mangrove sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor dan zonasi yang berbeda.
Penyebaran dan zonasi hutan mangrove tergantung oleh berbagai faktor lingkungan, Kawasan hutan mangrove terbagi menjadi 4 zona utama salah satunya adalah zona Ceriops yakni zona yang berada dekat ketanah kering biasanya ditumbuhi jenis ceriops, struktur zonasi mangrove lainnya yaitu mangrove terbuka, mangrove tengah, dan mangrove payau.

D.      Analisis Vegetasi Tumbuhan Berkayu Di Hutan Lindung Lueng Angen Kecamatan Sukakarya Kota Sabang, Oleh Mukarramah, Nurdin Amin, Mulyadi

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan, mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaannya. Pohon merupakan  tumbuhan  berkayu yang memiliki batang utama yang tumbuh tegak, menopang tajuk pohon, Untuk membedakan pohon dari semak dapat dilihat dari bentuk dan penampilan. Semak juga memiliki batang berkayu, tetapi tidak tumbuh tegak.
Hasil analisis vegetasi tumbuhan berkayu di hutan lindung lueng angen didapatkan bahwa di hutan lindung lueng angen didominasi oleh Laportea stimulans. Jenis ini merupakan  tumbuhan pohonan yang banyak ditemukan di daerah hutan hujan tropis dataran rendah, yang termasuk ke dalam famili urticaceae. Laportea stimulans adalah jenis yang sangat melimpah baik pohon maupun anak pohon seluruhnya mencapai 17 individu, dengan nilai penting 0,03. Villebrunea rubescens merupakan jenis yang melimpah setelah Laportea stimulans. Melimpahnya kedua jenis ini diduga karena kerusakan hutan oleh aktivitas manusia. Karena apabila kerusakan diakibatkan letusan gunung berapi atau kebakaran, maka yang akan berkembang dengan baik adalah jenisjenis Casuarina sp atau Albizia sp. Laportea stimulans dan Villebrunea rubescens dikelompokkan jenis-jenis sekunder.

E.       Cadangan Karbon Hutan Lindung Lueng Angen Di Kecamatan Suka Karya Kota Sabang, Oleh Nur’ Aini, Wardinal dan Muslich Hidayat

Potensi sumber daya hutan lindung lueng angen selain dapat dimanfaatkan sebagai faktor peningkat produksi wilayah juga dapat berguna sebagai tata hijau untuk keseimbangan lingkungan terutama apabila jumlahnya tetap terus dapat dipertahankan. Meski demikian, pengembangan produksi kehutanan harus memperhatikan fungsi lindung yang dimilikinya. Hal ini sangat terkait dengan topografi kawasan Sabang yang berbukit-bukit sehingga membutuhkan ketersediaan hutan lindung untuk menjaga kelestarian lingkungannya.
Perubahan iklim yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan karena terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfer. Keseimbangan tersebut dipengaruhi antara lain oleh peningkatan gas-gas asam arang atau karbondioksida, metana dan nitrous oksida yang lebih dikenal dengan gas rumah kaca (GRK). Saat ini konsentrasi GRK sudah mencapai tingkat yang membahayakan iklim bumi dan keseimbangan ekosistem. Vegetasi dapat mengubah CO2 menjadi O2 melalui proses fotosintesis. Akumulasi gas rumah kaca akibat perubahan tutupan lahan dan kehutanan diperkirakan sebesar 20% dari total emisi global yang berkontribusi terhadap pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan global akan mengakibatkan terjadinya perubahan iklim dan perubahan pola hujan serta kenaikan permukaan air laut.
Karbon merupakan salah satu unsur alam yang memiliki lambing ‘’C’’ dengan nilai atom sebesar 12. Karbon juga merupakan salah satu unsur utama pembentuk bahan organik termasuk makhluk hidup. Hampir setengah dari organisme hidup merupakan karbon. Karenanya secara alami karbon banyak tersimpan di bumi (darat dan laut) dari pada di atmosfer. Stok Karbon diestimasi dari Biomassa dengan mengikuti aturan 46% biomassa adalah karbon.
Biomassa hutan sangat relevan dengan isu perubahan iklim. Biomassa hutan berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam siklus karbon.  Dari keseluruhan karbon hutan, sekitar 50 % diantaranya tersimpan dalam vegetasi hutan. Sebagai konsekuensinya, jika terjadi kerusakan hutan, kebakaran, pembalakan dan sebagainya akan menambah jumlah karbon di atmosfer. Hutan, Tanah dan atmosfer semuanya menyimpan karbon yang berpindah secara dinamis diantara tempat-tempat penyimpanan tersebut sepanjang waktu. Tempat penyimpanan ini disebut dengan kantong karbon aktif (active carbon pool). Pengundulan hutan akan mengubah kesetimbangan carbon dengan meningkatkan jumlah karbon yang berada di atmosfer dan mengurangi karbon yang tersimpan di hutan, tetapi hal ini tidak menambah jumlah keseluruhan karbon yang berinteraksi dengan atmosfer.
Simpanan karbon lain yang penting adalah deposit bahan bakar fosil. Simpanan karbon ini tersimpan jauh di dalam perut bumi dan secara alami terpisah dari siklus karbon di atmosfer, kecuali jika simpanan tersebut di ambil dab dilepaskan ke atmosfer ketika bahan-bahan tersebut dibakar. Tumbuhan akan mengurangi karbon di atmosfer (CO2) melalui proses fotosintesis dan penyimpannya dalam jaringan tumbuhan.
Secara umum setiap tumbuhan memiliki biomasa atau estimasi karbon. Begitu pula di kawasan hutan lindung lueng angen yang memiliki potensi yang sangat besar dalam menyimpan cadangan karbon. Lokasi penelitian di kawasan ini luasan totalnya secara administratif adalah 4.932,98 Ha (32,44 %)  pemerintah terletak di kecamatan Sukakarya Kota Sabang. Dari enam stasiun yang diamati terdapat 16 jenis pohon yang tumbuh di hutan lindung ini, diantaranya Paranphelium xestophyllum dan Laportea stimulans.
Diketahui pada kawasan hutan lindung lueng angen ini diidentifikasi memiliki beberapa tipe kawasan hutan yang terdiri atas rawa-rawa terbuka, hutan rawa air tawar, hutan dipterokarpa dataran rendah, perbukitan dan landai  yang lembab, secara keseluruhan mempunyai spesies pohon pencirian yang berbeda untuk masing-masing jenis tumbuhannya. Tipe vegetasi yang berbeda memberikan beberapa kemungkinan kondisi stok karbon yang tersimpan pada setiap jenisnya.
Hasil penelitian mengenai cadangan karbon biomassa di hutan lindung lueng angen kota Sabang kemudian dikonversikan ke formula cadangan karbon untuk mengetahui potensi karbon yang tersimpan dalam kawasan hutan lindung lueng angen kota Sabang. Secara umum perhitungan karbon hutan diperoleh dari pembagian 0,5 dari biomassa total (Carbon = Biomassa x 0,5). Hasil perhitungan langsung di lapangan diperoleh informasi cadangan karbon yang tersimpan di hutan lindung lueng angen kota Sabang berkisar antara 0.030920 ton C/ ha.
Jadi, penafsiran nilai potensi cadangan karbon di hutan lindung lueng angen kecamatan sukakarya kota Sabang dapat menginformasikan kondisi cadangan biomassa pohon yang tumbuh di hutan lindung Lueng Angen tersebut.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.        Buah cabai setelah dipanen masih melakukan aktifitas hidup seperti respirasi. Selain mengalami proses respirasi, setelah dipanen cabai juga mengalami pelayuan akibat adanya proses transpirasi.
2.        Kerusakan pada cabai juga mengakibatkan singkatnya selang waktu antara saat panen dan konsumsi apabila tidak mendapat perlakuan untuk memperpanjang masa simpan (shelf life).
3.        Tingkat kematangan pada cabai di tandai dengan perubahan warna, perubahan warna  pada  cabai yaitu: warna coklat kehitaman, peralihan (coklat kemerah-merahan) dan masak (merah merata).
4.        Penyimpanan selama 7 hari memberikan kualitas terbaik terhadap buah cabai. Karena semakin lama buah cabai disimpan maka susut bobot akan semakin meningkat sedangkan kadar air, kadar vitamin C, nilai uji organoleptik tekstur, warna, aroma dan penerimaan keseluruhan akan semakin menurun.
5.        Peningkatan produksi gandum dapat dilakukan baik secara ekstensifikasi maupun intensifikasi.
6.        Jarak tanam merupakan salah satu faktor yang berperan penting terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Jarak tanam yang terlalu rapat akan menyebabkan tanaman tumbuh tidak seragam dikarenakan persaingan dalam memperoleh  hara, cahaya dan air lebih besar antara satu tanaman dengan tanaman lainnya. Namun apabila jarak tanam dibuat terlalu lebar maka akan diperoleh produktivitas yang rendah karena masih ada luas lahan yang tidak dimanfaatkan.
7.        Faktor lainnya yang berperan penting terhadap produktivitas tanaman adalah jumlah benih per lubang tanam.
8.        Vegetasi mangrove mempunyai peranan penting dalam lingkungannya yaitu sebagai perangkap sedimen, penahan ombak, penahan angin, pengendali angin, pengendali banjir, penetrasi pencemaran dan penahan intrusi air asin.
9.        Hutan mangrove dapat dijumpai disepanjang kawasan pesisir, terutama pada daerah yang landai dan terlindung, serta ditopang oleh adanya aliran air pasang surut serta aliran air sungai.
10.    Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan.
11.    Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan, mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaannya.
12.    Biomassa hutan sangat relevan dengan isu perubahan iklim. Biomassa hutan berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam siklus karbon.
13.    Simpanan karbon lain yang penting adalah deposit bahan bakar fosil. Simpanan karbon ini tersimpan jauh di dalam perut bumi dan secara alami terpisah dari siklus karbon di atmosfer, kecuali jika simpanan tersebut di ambil dab dilepaskan ke atmosfer ketika bahan-bahan tersebut dibakar.
14.    Tumbuhan akan mengurangi karbon di atmosfer (CO2) melalui proses fotosintesis dan penyimpannya dalam jaringan tumbuhan.
15.    Hasil perhitungan langsung di lapangan diperoleh informasi cadangan karbon yang tersimpan di hutan lindung lueng angen kota Sabang berkisar antara 0.030920 ton C/ ha.







DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2006. Inovasi Teknologi untuk Meningkatkan Kesejahteraan Petani di Daerah Marjinal. Program P4MI yang mulai dikembangkan di Kabupaten Blora tahun 2003. Sinar Tani Edisi: 14-20 Juni 2006. Pusat Perpustakaan dan Penyebaran teknologi Pertanian. Jakarta.
Arief, A, Hortikultura, Yogyakarta: Andi Offset, 1990.
Fatmawati, H. Analisis Unjuk Kerja “Co Seeders” Prototipe II Alat  Penanam Benih yang Presisi dan Fleksibel, Bogor: Program Sarjana. Institut Pertanian Bogor, 2011.
Greig, Smith., Quantitative Plant Ecology, Oxford: Blackwell Scientific Publications, 1983.
Hairiah, K., Rahayu, S., Pengukuran Cadangan Karbon dari tingkat lahan ke bentang lahan, Bogor Indonesia: World Agroforestry Center, 2007.
Hasrizart, I. Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oriza sativa L.) pada Persiapan Tanah dan Jumlah Bibit yang Berbeda, Medan: Universitas Sumatra Utara.  2008
Manuri, S.,C.A.S Putra dan A.D. Saputra. Teknik Pendugaan Cadangan Karbon Hutan, Palembang: Merang REDD Pilot Project, German Internasional Cooperation-GIZ, 2011.
Pramudji., Dinamika Areal Hutan Mangrove Di Kawasan Pesisir Teluk Kotania Seram Barat, jurnal Biologi Laut, vol. 16(3), Jakarta: LIPI, 2001.
Purba, A, Penuntun Praktikum Fisiologi Pascapanen. Medan: Jurusan Teknologi Pertanian. FP-USU, 1996.
Rohman, Sumberartha., Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan, Malang: JICA, 2001.
Rukmana, R. Usaha Tani Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik, Yogyakarta: Kanisius, 1996.
Syarief, R. dan H. Halid, Teknologi Penyimpanan Pangan, Bogor: Arcan Kerja Sama dengan PAU Pangan dan Gizi IPB, 1993
Wiyono, T, N, Serealia Sumber Karbohidrat Utama, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998.

0 komentar:

Posting Komentar