PARAGRAF DAN POLA
PENGEMBANGANNYA
TUGAS
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia pada Jurusan Ekonomi Syari’ah
Oleh:
Fitri Munawawarah :
140602085
Muhammad Zahedi :
140602038
Mirza Frananda Kusuma :
140602195
Fadhil Darmawi :
140602247
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM,
BANDA ACEH
2014/2015
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Dzat yang menegakkan langit, membentangkan bumi, dan mengurusi
seluruh makhluk. Dzat yang mengutus rasulullah saw. Sebagai pembawa petunjuk dan menjelaskan syariat agama
kepada setiap mukallaf secara jelas
dan terang.
Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad saw. hamba dan utusan nya
yang tercinta, sosok yang paling utama diantara seluruh makhluk. Beliau
dimuliakan dengan Al-Quran yang merupakan mukjizat serta sunnah yang menjadi pembimbing bagi umat
manusia. Rahmat dan keselamatan Allah semoga selalu dilimpahkan kepada seluruh
nabi dan rasul, kepada keluarga, dan para shalihan.
Terima kasih kami ucapkan kepada bapak pembimbing yang telah membimbing
serta mengajarkan kami, dan
mendukung kami sehingga terselesaikan makalah yang berjudul “Paragraf dan Pola Pengembangannya” dan juga terima
kasih yang sebesar – besarnya kami ucapkan
kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga terselesaikan makalah ini.
Seperti kata pepatah “Tiada gading yang tak retak”, demikian
pula dengan makalah ini, tentu masih banyak kekurangan. kami menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekhilafan, maka dengan hal itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak sehingga ke
depan dapat menjadi koreksi untuk kemajuan dan lebih baik demi
penyempurnaan makalah ini.
Banda Aceh, 07 Desember 2014
Penulis
DAFTARISI
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... ....... 1
Latar Belakang...................................................................................... 1
BABII PEMBAHASAN.................................................................................... 2
1.
Pengertian
Paragraf......................................................................... 2
2.
Panjang
Paragraf...................................................................... ....... 3
3.
Macam-macam
Paragraf.......................................................... ....... 3
4.
Syarat-syarat
Pembentuk Paragraf........................................... ....... 5
5.
Struktur
Paragraf..................................................................... ....... 7
6.
Fungsi
Paragraf........................................................................ ....... 7
7.
Pola
Susunan Paragraf............................................................. ....... 8
8.
Perpautan
dalam Paragraf........................................................ ....... 9
a.
Perpautan antar kalimat..................................................... ....... 9
b.
Perpautan antar paragraf................................................... ....... 9
9.
Teknik
Pengembangan Paragraf.............................................. ..... 10
BABIII PENUTUP..................................................................................... 12
Kesimpulan......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 13
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
belakang
Umumnya kesulitan
pertama membuat karya tulis ilmiah adalah mengungkapkan pikiran menjadi kalimat
dalam bahasa ilmiah. Sering dilupakan perbedaan antara paragraf dan kalimat.
Suatu kalimat dalam tulisan tidak berdiri sendiri, melainkan kait-mengait dalam
kalimat lain yang membentuk paragraf, paragraf merupaka sanian kecil sebuah
karangan yang membangun satuan pikiran sebagai pesan yang disampaikan oleh
penulis dalam karangan.
Paragraf atau alinea
adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa
kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraf, yang perlu
diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat
dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan berarti
seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan
tunggal paragraf.
Dalam kenyataannya
kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan
hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam
itu dianggap sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang ideal
jika ditinjau dari segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai dalam
tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas
dari sudut pandang komposisi, pembicaraan tentang paragraf sebenarnya ssudah
memasuki kawasan wacana atau karangan sebab formal yang sederhana boeh saja
hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun paragraf,
tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah karangan.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Paragraf
Kata paragraf berasal dari kata Yunani, yaitu dari
kata para yang berakti sebelum’ dan kata grafein
yang berakti ‘menulis’, ‘menggores’. Paragraf atau alinea merupakan gabungan dari beberapa kalimat yang saling
berkaitan dan membentuk sebuah gagasan.
Paragraf (alenia) adalah sekumpulan kalimat yang
tersusun secara logis dan runtun (sistematis), yang memungkinkan sesuatu
gagasan pokok dapat dikomoniksikan kepada pembaca secara efektif. Paragraf merupakan satuan terkecil
sebuah karangan. Isinya membentuk satuan pikiran sebagai bagian dari pesan yang
disampaikan penulis dalam karangannya. Paragraf susunannya akan menyulitkan
membaca untuk menangkap pikiran penulis. Meskipun singkat, oleh karena ada isi
pikiran yang hendak disampaikan, paragraf membutuhkan organisasi dan susunan
yang has. Disamping itu, karena paragraf merupakan bagian suatu pasal, maka antar
paragraf satu dengan yang harus saling berhubungan secara harmonis, sehingga
sesuai dengan rangka sesuruh karangan . Oleh karena itu, sebuah karangan hanya
akan baik jika paragraf ditulis dengan baik dan dirangkai dalam runtunan yang
logis.
Dalam kenyataan, terkadang kita bertemu dengan
paragraf atau alenia yang hanya terdiri atas satu kalimat. Bentuk seperti itu
dianggap sebagai bentuk paragraf yang kurang ideal dan dianggap sebagai
pengecualian. Dalam tulisan ilmiah, paragraf semacam itu jarang dipakai. Ada
beberapa alasan mengapa hanya terdapat satu kalimat dalam paragraf, yaitu (a) paragraf atau alenia tersebut
kurang baik untuk dikembangkan oleh
penulisnya atau penulis kurang memahami hakikat paragraf, (b) sengaja dibuat
oleh pengarang dengan maksud hanya mengemukakan gagasannya terdapat pada
paragraf berikutnya.
Selain itu, dalam sebuah paragraf, hanya boleh ada
satu ide pokok atau pikiran utama.
Andaikan dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide pokok atau pikiran
utama, alinea harus dipecah menjadi lebih dari satu paragraf.
Keraf (1991:63) mengemukan ada dua tujuan mengapa
paragraf diperlukan, yaitu:
1.
Untuk memudahkan pengetian dan
pemahaman. Oleh karena itu, dalam sebuah alinea hanya boleh ada satu tema. Bila
terdapat dua tema, paragraf itu harus dipecah menjadi dua paragraf.
2.
Untuk memisahkan dan menegaskan
perhentian secara wajar dan formal. Dengan demikian, kita memiliki kesempatan
untuk berhenti lebih lama daripada perhentian pada ahir kalimat. Disamping itu,
kita juga bisa berkonsentrasi terhadap tema paragraf.
2.
Panjang
Paragraf
Dalam suatu paragraf, pernyataan pokok (klimat topik) diikuti oleh sejumbalh
pernyataan pendukungnya. Pernyataan pendukung tersebut harus cukup rinci sehingga gagasan utama yang akan dikomunikasikan menjadi jelas bagai
pembaca. Rincian yang akan dikomunikasikan menjadi jelas bagai pembaca.
Panjang pendeknya paragraf bergantung
sepenuhnya pada kedalaman isi pikiran
atau gagasan pokok yang akan dikomunikasikan, dan “daya baca” pembaca yang
menjadi sasaran tulisan. Sebuah paragraf harus mampu menjelaskan gagasan pokok
secara tuntas. Apabila satu kalimat dipandang belum dapat menjelaskannya, maka
perlu ditambah dengan kalimat kedua, ketiga dan seterusnya, sampai menjadi
jelas. Paragraf yang terlau pendek (terdiri atas satu atau dua kalimat)
seringkali tidak cukup mampu menjelaskan gagasan pokok senyatanya. Sedangkan,
paragraf yang terlampau panjang dan berbelit-belit justru akan mengaburkan
gagasan pokok yang seharusnya ditonjolkan.
3.
Macam-macam
Paragraf
a. Pembagian
paragraf berdasarkan posisi kalimat topik
Macam-macam paragraf dapat ditinjau berdasarkan
hal-hal berikut; (1) berdasarkan posisin kalimat topiknya; (2) berdasarkan
fungsinya dalam karangan; dan (3) berdasarkan sifat isinya. Paragraf dapat dibedakan
atas empat bagian, yaitu:
1.
Paragraf
Deduktif
Paragraf
deduktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal paragraf dan dimulai
dengan pernyataan umum yang disusun dengan uraian atau penjelasan khusus.
2.
Paragraf
Induktif
Paragraf induktif adalah kebalikan
dari paragraf deduktif. Kalau dalam paragraf deduktif pikiran utama terdapat
pada awal, pada paragraf induktif pikiran utamanya terletak di akhir paragraf.
Paragraf ini dimulai dengan pikiran penjelas terlebih dahulu, kemudian
baru diakhiri dengan pikiran utamanya.
3.
Paragraf
Deduktif-Induktif
Paragraf
deduktif-induktif adalah paragraf yang pikiran utamanya terletak pada awal dan
akhir paragraf. Pikiran utama yang terdapat pada akhir paragraf sifatnya
mengulang kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.
4.
Paragraf
Penuh Kalimat Topik
Seluruh kalimat yang membangun
paragraf ini sama pentingnya dan tak ada kalimat yang khusus menjadi kalimat
topik. Paragraf seperti ini sering dijumpai pada karangan yang berbentuk narasi
dan deskripsi.
b. Pembagian
paragraf berdasarkan fungsinya dalam karangan.
Berdasarkan fungsinya dalam karangan, paragraf dapat
dibedakan atas tiga bagian, yaitu paragraf pembuka, paragraf pengembang, dan
paragraf penutup.
1.
Paragraf
Pembuka
Paragraf ini bertujuan mengantarkan
pembaca kepada isi karangan. Sebagai paragraf pembuka, paragraf ini harus dapat
menarik minat dan perhatian para pembacanya. Selain itu, paragraf ini juga
harus mampu menyiapkan pikiran pembaca untuk mengetahui isi karangan secara keseluruhan.
2.
Paragraf
Pengembang
Paragraf ini ada penjabaran dari
paragraf pembuka. Paragraf ini berfungsi untuk mengembangkan inti permasalahan
seperti yang telah dikemukakan dala paragraf pembuka. Paragraf ini juga berisi
penjelasan terhadap hal-hal yang akan diuraikan selanjutnya. Selain itu
paragraf ini juga harus mampu
mempersiapkan landasan untuk sebuah kesimpulan.
3.
Paragraf
Penutup
Paragraf ini merupakan simpulan
dari seluruh isi karangan. Oleh sebab itu harus mencerminkan seluruh isi
karangan tersebut. Sebagai sebuah simpulan, paragref ini tidak boleh terlalu
panjang.
c.
Pembagian paragraf berdarkan sifat
isinya
Berdasarkan isinya, paragraf dapat dibedakan atas
lima bagian :
1. Paragraf
persuasi, yaitu paragraf yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang baik pembaca
ataupun pendengar agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis dengan
memengaruhi pikiran, pendapat, atau sikap pembaca, dengan memberikan penekanan
pada aspek emosional.
2. Paragraf
argumentasi, yaitu paragraf yang bertujuan membuktikan sesuatu dengan cara
penulis menyampaikan pendapat yang disertai penjelasan yang kuat berdasarkan
pada fakta-fakta yang kuat dengan maksud agar si pembaca terpengaruh.
3. Paragraf
narasi, yaitu paragraf yang berbentuk kisahan suatu kejadian atau peristiwa,
yang disusun secara kronologis (menurut urutan waktu) sehingga menjadi suatu
rangkaian. Dengan demikian, para pembaca akan merasakan urutan kejadian yang
digambarkan dalam tulisan.
4. Paragraf
deskripsi, yaitu paragraf yang menggambarkan atau menerima suatu objek, gagasan
tempat atau peristiwa dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah
melihat atau mengalami sendiri hal atau peristiwa yang digambarkan oleh
penulis.
5. Paragraf
eksposisi, yaitu paragraf yang menjelaskan tentang suatu permasalahan yang
dipaparkan secara runtut sehingga masalahnya menjadi jelas. Tujuan paragraf ini
adalah memberikan informasi atau penjelasan kepada pembaca dengan cara
mengembangkan gagasan sehingga bisa memperluas pengetahuan pembaca.
4.
Syarat-syarat
Pembentuk Paragraf
Sebuah paragraf yang baik dan efektif harus memenuhi
dua syarat, yaitu adanya kesatuan dan kepaduan (koherasi).
1.
kesatuan (kohesi). Paragraf dianggap
mempunyai kesatuan jika kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut bersama-sama
menyatakan suatu hal atau tema tertentu.
2.
kepaduan (koherensi). Paragraf dianggap
perlu jika semua kalimat yang membangun sebuah paragraf saling berhubungan dan
kompak antara kalimat satu dan kalimat yang lainnya yang membentuk paragraf
itu. Hubungan antarkalimat harus saling
berkaitan, tidak ada satu kalimat pun yang hubungannyatidak logis.
Cara mengaitkan hubungan antarkalimat dapat dilakukan dengan
melihat hubungan antarsubjek atau antarpredikat.
Selain dengan repetisi dan kata ganti, pertalian
antarkalimat dapat dijalin dengan kata atau frasa penghubung. Dalam peranannya
sebagai penghubung, ada beberapa macam kata atau frasa yang dapat dipakai untuk maksud yang berbeda.
Tabel
berikut ini memuat contoh kata dan frasa penghubung lengkap dengan fungsinya
masing-masing.
Fungsi
|
Contoh Kata dan Frasa
|
Menyatakan hubungan:
Akibat/hasil
Pertambahan
Perbandingan
Pertentangan
Tempat
Tujuan
Waktu
Singkatan
|
Akibatnya, karena itu, maka, oleh
sebab itu, dengan demikian, jadi
Berikutnya, demikian juga,
kemudian, selain itu, lagi pula, lalu, selanjutnya, tambahan lagi
Dalam hal yang sama, lain halnya
dengan, sebaliknya, lebih baik dari itu, berbeda dengan itu
Akan tetapi, bagaimanapun,
meskipun begitu, namun, sebaliknya, walaupun demikian
Berdekatan dengan itu, di sini, di
seberang sana, tak jauh dari sana, di bawah, persis, di depan … di
sepanjang…
Agar, untuk/guna, untuk maksud itu
Baru-baru ini, beberapa saat
kemudian, mulai sebelum, segera, sesudah, sejak, ketika
Singkatnya, ringkasnya, akhirnya,
sebagai simpulan, pendek kata
|
5.
Struktur
Paragraf
Sebuah
paragraf terdiri atas satu pikiran utama ditambah dengan beberapa pikiran
penjelas atau pikiran pendukung. Pikiran utama adalah apa yang menjadi pokok
persoalan atau gagasan utama paragraf tersebut. Sementara kalimat penjelas atau
pikirian penjelas berfungsi menjelaskan atau mendukung ide pokok dalam paragraf
tersebut. Ada beberapa ciri pikiran utama, yaitu :
1.
permasalahannya berpotesial untuk
dirinci atau diuraikan lebih lanjut;
2.
berupa kalimat lengkap yang bisa berdiri
sendiri;
3.
artinya cukup jelas, tanpa harus
dihubungkan dengan kalimat lain;dan
4.
dapat dibentuk tanpa bantuan kata
sambung
Sementara pikiran penjelas memiliki ciri-ciri
1.
tidak dapat berdiri sendiri;
2.
arti kalimat itu baru akan jelas setelah
dihubungkan dengan kalimat lain dalam paragraf;
3.
sering memerlukan bantuan kata sambung
atau frasa transisi (penghubung); dan
4.
isinya berupa rincian, keterangan,
contoh, dan kata tambahan lain yang bersifat mendukung kalimat topik (Finoza,
2002:147).
Kalimat topik
dapat kita temui
dimana saja dalam paragraf, baik di awal maupun di akhir paragraf. Bahkan, ada paragraf
yang seluruhnya berisi topik.
Paragraf yang kalimat topiknya terdapat di awal paragraf
disebut paragraf deduktif, Paragraf
yang kalimat topiknya terdapat di awal paragraf disebut paragraf induktif,
Paragraf yang kalimat topiknya terdapat di awal dan di akhir disebut paragraf
deduktif-induktif. Kalimat topik yang di akhir adalah simpulan dari kalimat
topik sebelumnya. Sementara itu, paragraf yang berisi seluruhnya kalimat topik
disebut paragraf penuh kalimat topik.
6.
Fungsi
Paragraf
Paragraf bukan berkaitan dengan segi keindahan
karangan itu, tetapi pembagian per paragraf ini memiliki beberapa kegunaan,
sebagai berikut:
1.
Sebagai penampung fragmen ide pokok atau
gagasan pokok keseluruhan paragraf
2.
Alat untuk memudahkan pernbaca memahami
jalan pikiran penulisnya
3.
Penanda bahwa pikiran baru dimulai,
4.
Alat bagi pengarang untuk mengembangkan
jalan pikiran secara sistematis
5.
Dalam rangka keseluruhan karangan,
paragraf dapat berguna bagi pengantar, transisi, dan penutup.
7.
Pola
Susunan Paragraf
Paragraf merupakan rangkaian kalimat yang tersusun
dengan pola runtunan tertentu, antara lain:
1.
Pola runtunan waktu
Pola
susunan ini biasanya dipakai untuk memberikan (mendeskripsikan) suatu peristiwa
atau prosedur membuat atau melakukan sesuatu selangkah demi selangkah. Misalnya
cara melakukan percobaan, menyelesaikan masalah dan menggunakan suatu alat.
Pola susunan ini ditandai dengan “rambu” yang menyatakan runtutan waktu, lalu,
kemudian, setelah itu, sambil, seraya, dsb.
2.
Pola runtutan ruang
Apabila
penulis menggunakan pola runtutan ruang secara umum, ia akan menggunakan kata
seperti disebelah kiri, sedikit diatas, agak menjorok kedalam, dsb. Apabila
penulis menggunakan pola ini secara pasti, maka ia dapat menyebutkan ukurannya,
misalnya sepuluh sentimeter diatasnya, menjorok kedalam 1 m, memnentuk sudut 45
derajat, dsb.
3.
Pola susunan sebab-akibat
Pola
susunan paragraf ini digunakan antara lain untuk (1) menemukan alas an saecara
logis, (2) mendeskripsikan suatu proses, (3) menerangkan sebab bagi suatu
peristiwa atau fenomena, (4) memprakirakan peristiwa yang akan terjadi.
Beberapa rambu dalam pola susunan ini adalah jadi, akhibatnya, menghasilkan,
sehingga, dll.
4.
Pola susunan perbandingan
Pola
ini digunakan untuk membandingkan suatu perkara atau lebih, yang disatu pihak
mempunyai kesamaan, sedangkan di pihak lain mempunyai perbedaan. Perbandingan
ditandai dengan rambu seperti tetapi, apalagi, berbeda dengan, demikian pula,
sedangkan,sementara itu.
5.
Pola susunan daftar
Suatu
paragraf dapat pula memuat rincian yang diungkapkan dalam bentuk daftar.
Susunan daftar dapat berformat (berderet ke bawah) atau tidak (mebaur di dalam paragraf
itu sendiri, sehingga tak terlihat jelas sebagai daftar. Baik berformat maupun
tidak, kalimat-kalimat rincian perlu seiring dan berhubungan secara mulus
dengan kalimat induknya.
6.
Pola susunan contoh
Banyak
gagasan yang memerlukan contoh, sehingga kalimat-kalimat rinciannya
mengemukakan contoh-contoh, yang adakalanya diawali dengan kata misalnya atau
contohnya, tetapi adakalanya tidak.
7.
Pola susunan bergambar
Terdapat
pernyataan yang dilengkapi dengan gambar (bagan, tabel, grafik, diagram. dsb.)
untuk memperjelas maksud pernyataan tertulisanya. Dalam kaitan itu perlu
dicantumkan petunjuk kepada gambar bersangkutan supaya pembaca mengetahui
gambar yang harus dilihatnya, misalnya “lihat gambar 2”, atau “(gambar 2)”.
8.
Perpautan
dalam Paragraf
a.
Perpautan antar kalimat
Paragraf
yang baik memiliki kesetalian atau keterpautan, yang mengikat pernyataan di
dalamnya yang menurut tuntutan yang logis. Ada beberapa cara yang dapat dipakai
untuk memperpautkan kalimat agar diperoleh paragraf yang setali, antara lain
sebagai berikut :
1. mengulang
kata dari kalimat yang satu pada kalimat berikutnya, misalnya obyek pada
kalimat pertama menjadi subyek pada kalimat kedua;
2. menggabungkan
dua kalimat atau lebih menjadi sebuah kalimat majemuk;
3. menggunakan
pernagkai (jadi, contohnya, seperti, sebagai gambaran, selain itu, kedua, lagi
pula, selanjutnya, sekalipun begitu, juga akhirnya, di satu pihak, dipihak
lain, sebaliknya, tetapi, oleh karena itu, kesimpulannya, dengan demikian,
dengan kata lain, dsb.;
4. menggunakan
pokok kalimat yang tetap dalam seluruh paragraf dengan kata yang sama, dengan
sinonim, atau dengan kata ganti;
5. menggunkan bangunan perklaimatan yang seiring.
b.
Perpautan antarparagraf
Paragraf
mengemukakan satu penggalan pikiran yang bulat, dan sebagai penggalan pikiran paragraf
yang satu terpisah dari paragraf yang lain. Sementara itu, sebagai pengagalan
pikiran pula paragraf merupakan mata rantai dari dari rangkaian paragraf yang
menyajikan gagasan-gagasan pengarang secara beruntun dengan tertib dan logis.
Dalam
pada itu pengarang menggunakan unsure perangkai yang memperpautkan paragraf
yang satu kepada yang berikutnya. Perangkai tersebut dapat berupa kata yang
diulang, kata rangkai sebuah kalimat, atau bahkan sebuah paragraf.
1. Pengulangann
kata sebagai perangkai
Mengulang kata atau pokok karangan
dari pargraf yang satu pada paragraf berikutnya merupakan cara yang baik untuk
memperpautkan bebagai paragraf dalam sebuah karangan. Ketika pembaca beralih
membaca dari paragraf yang satu kepada paragraf berikutnya, ia diingatkan oleh
kata yang diulang itu kepada perkara yang dibacanya pada paragraf terdahulu.
Dengan demikian gagasan pada paragraf yang sendang dibacanya tidak terlepas
dari gagasan yang mendahuluinya.
2. Kata
rangkai
Cara lain untuk memperpautkan
sebuah paragraf pada paragraf yang mendahulinya adalah dengan menggunakan kata
atau gugus kata rangkai pada awal kalimat pertamanya. Kata atau gugus kata
rangkai yang sering dipakai untuk memperpautkan paragraf, misalnya aneh,
sementara itu, sebaliknya, namun, sebagaimana dikatakan di muka, sehubungan
dengan hal itu.
3. Kalimat
sebagai perangkai
Perangkai dapat pula berupa sebuah
kalimat berdiri sendiri sebagai paragraf. Isinya dapat merupakan kesimpulan
uraian sebelumya.
4. Paragraf
sebagai perangkai
Perangkai dapat pula berupa sebuah paragraf
utuh atau pendek. paragraf seperti itu biasanya muncul pada saat pengarang
mengakhiri satu bagian dari bahasanya, dan hendak berpindah pada bahasan yang
lain. Cara mengguanakannya dapat bermacam-macam. Paragraf dapat berupa ringkasan
perkara yang dibahas sebelelumnya, satu atau beberapa contoh mengenai masalah
yang telah dibahas, atau dapat pula memperkenalkan bahasan selanjutnya.
9.
Teknik
Pengembangan Paragraf
Paragraf sesuai metode-metode pengembangan dengan
dasar pembentukkan paragraf :
1.
Klimaks dan anti klimaks
2.
Sudut pandang → menurutku, menurut saya
3.
Perbandingan dan pertentangan → batuk,
pilek
4.
Analogi → perbedaan, ibarat, bagai
(metafora) mungkin majas dan peribahasa bisa sebagai fiksi
5.
Proses → menjelaskan dari A- Z
6.
Sebab-akibat → mengapa ?
7.
Umum-khusus → seperti piramida terbalik
(penjelasan kemudian inti)
8.
Klasifikasi → pengelompokkan beberapa
pokok kalimat
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu Bahasa Indonesia dapat member
kita ilmu pengetahuan yang mendalam dan Bahasa Indonesia adalah Bahasa Resmi
kebangsaan dengan Berbahasa Indonesia kita bias menambah Cakrawa dan pemikiran
dan berbahasa yang lusa.
Paragraf adalah
rangkaian kalimat yang diikat oleh satu kesatuan gagasan. Namun dari pembahasan
yang telah kami buat dapat disimpulkan bahwa paragraf tidak hanya diikat oleh
satu kesatuan gagasan, tetapi dapat berupa dua gagasan atau lebih dengan
memenuhi syarat yaitu kesatuan dan kepaduan paragraf.
DAFTAR
PUSTAKA
Waluyo, Herman J. 1995. Teori dan
Apresiasi Puisi. Jakarta : PT Erlangga
Wahyu R.N, Tri. 2006. Bahasa
Indonesia. Jakarta. Universitas Gunadarma
Firdaus,Winci dan Syahminan .2008.Bahasa Indonesia ke Arah Memahami Kaedah
dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Bandung : P&G Kilat Jaya.
Alwi, Hasan,dkk.2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Redaksi
Titian Ilmu.2004. Ensikopedi Sastra
Indonesia. Bandung:Titian Ilmu.
0 komentar:
Posting Komentar