KEWAJIBAN-KEWAJIBAN ISTRI
1.
Istri yang Dikehendaki Syari’at Islam
Syari’at islam yang telah membuat sesuatu prototipe yang paling luhur dibanding
syari’at-syari’at dan ajaran-ajaran lainnya, yang ditunjukkan kepada wanita,
agar dia dapat mencapai keadaan ideal, baik dalam soal kesalehan maupun
ketentraman jiwa. Karena, istilah yang harus mampu membuka permulaan yang baik,
barulah sesudah diikuti reaksi-reaksi yang lebih baik dan lebih indah dari
pihak suami. Ajaran- ajaran Islam dalam hal ini, antara lain :
Pertama, bahwa seorang istri hendaklah menjadi sumber
kegembiraan suami. Maksudnya, hendaklah dia memperhatikan penampilan dan
kecantikannya. Jauhkan raut muka yang sedih dan penampilan yang buruk, dan
gantilah dengan wajah berseri dan cantik serta berpenampilan yang menawan.
Imam As-Suyuthi;[1]
“Sesungguhnya para Fuqaha’ telah banyak memberi nasehat
kepada kaum wanita, agar berhias dengan sempurna selagi tinggal dalam rumah.
Yakni, menyisir dan menghias rambutnya,dan memakai parfum didepan suami, supaya
hati suami merasa tenang dan nyaman. Kemudian hendaklah dia menyenangkan
suaminya dengan menjaga kebersihan, selalu berhias, bertutur kata yang
lemah-lembut dan bercanda yang baik.
Dengan demikian, suami tidak merasa bosan dan lelah. Bahkan, akan menyambut
istrinya dengan curahan cinta dan pemberian.
Kedua, istri hendaklah selalu ta’at kepada suaminya. Dalam
sebuah hadist riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu
Anhu, Rasulullah SAW bersabda,
“Dan dia mentaati suaminya apabila
dia menyuruh”
Ketaatan ini, maksudnya ketaatan yang disertai rasa
hormat dan iman yang setinggi-tingginya. Karena, Rasulullah telah mengkaitkan
ketaatan kepada suami ini dengan ketaatan kepada Allah. Bahkan, beliau
menyatakan menjadi salah satu penyebab masuk surga, disamping berkaitan pula dengan
tersebarnya cinta dan kasih sayang dalam rumah tangga, serta tertanamnya akhlak
yang muliadihati anak-anak.
Ketiga, istri hendaklah dapat dipercaya atas harta dan
kehormatan suami. Mengenai harta, maksudnya, dia wajib menjaga harta suami,
baik berupa uang ataupun hak miliknya yang lain. Jadi, dan tidak boleh boros
dan menyia-nyiakan harta. Tidak boleh menggunakan harta suami kecuali dengan
seizinnya, dan harus selalu berusaha membelanjakannya secara tepat, baik suami
ada dirumah ataupun tidak.
Begitu pula, dia harus bisa dipercaya atas
kehormatan suami. Maksudnya, mampu menjaga kehormatannya di saat dia tidak ada
dirumah, serta memelihara rahasia-rahasianya dengan sebaik-baiknya. Jadi, dia
tidak boleh membeberkan rahasia-rahasia itu kepada siapapun juga, baik orang
dekat ataupun jauh. Begitu pula, istri wajib menjaga anak-anak suaminya, dengan
mengasuh, dengan mendidik, menjaga kesehatan mereka dengan sebaik-baiknya. Di
samping itu, istri wajib pula menjaga keluarga dan kerabat-kerabat suaminya.
Maksudnya, dia tidak boleh berbuat buruk ataupun memutuskan hubungan dengan
mereka. Adapun mengenai menjaga dirinya, itu apalagi adalah puncak penjagaan.
Keempat, istri hendaklah menjaga kebersihan dirinya,
perhiasannya dan rumahya. Karena, menjaga kebersihan dan perhiasannya rumahnya
termasuk faktor kesuksesan dalam hubungan suami-istri. Maksudnya, bahwa
kebersihan akan menambah keindahan dan kejernihan jiwa. Bahkan, kebersihan
adalah neraca yang membedakan antara diri seorang istri dan wanita lain. Adapun
yang pertama-tama yang harus diperhatikan dalam hal ini, adalah kebersihan
dirinya. Yakni, hendaklah terlebih dahulu ia memperhatikan kebersihan mulut,
gigi kemudian sekujur tubuhnya, selain memperhatikan pula kebersihan wajah dan
mata, dengan tidak lupa menampakkan keindahannya, asalkan tidak berkembang
menjadi merubah penciptaan dan tabi’at kewanitaan itu sendiri, seperti yang
kita saksikan pada hari-hari ini.
2.
Lain Dulu, Lain Sekarang
Saya bertemu dengan teman baikku. Bertahun-tahun
lamanya saya tidak bertemu dengannya. Ketika bertemu kali ini saya lihat dia
nampak sedih dan pusing. Padahal, sebelumnya saya kenal dia pria yang selalu
riang, seolah-olah tidak pernah memikul beban apapun dalam soal duniawi. Saya
juga kenal istrinya, dan saya tahu betapa cinta yang berhasil menghimpun
kedunaya. Oleh karena itu, saya bertnaya kepadanya, gerangan apa yang
menimpanya, dan kesusahan apa yang membuatnya menderita. Maka, dia curahkan isi
hatinya kepadaku.
“Sesungguhnya yang menyayat-nyatat hatiku dan
membuat aku menderita, tak lain adalah karena aku merasakan perbedaan yang
sangat besar pada sikap istriku akhir-akhir ini, aku sama sekali tidak bisa
melupakan sikap-sikapnya yang baik dan tabiat-tabiatnya yang indah pada
hari-hari pertunangan dulu.
-
Saat itu dia
selalu berusaha bermuka manis, dan menghias wajah kehidupan untukku, dengan
senyuman, kasih sayang dan kelembutannya.
-
Dia selalu taat
kepadaku dengan segera, dan aku merasa bahwa dia tersiksa bila kondisi
mencegahnya hingga tidak bisa mematuhi aku.
-
Dia selalu lebih
dulu memenuhi keinginan-keinginaku, sebelum aku berpikir atau mengungkapkannya.
-
Dia selalu
memperhatikan kecantikannya dan berhias untukku, dengan menegenakan
pakaian-pakaian yang disukainya, atau dengan menyibakkan rambutnya dengan cara
apapunagar aku suka melihatnya.
-
Tutur katanya
waktu itu penuh kelembutan dan kasih sayang. Dengan sikap seperti itu, maka
dalam pandangganku dia adalah orang yang sangat luhur jiwanya, sopan akhlaknya,
manis perilakunya, baik dan toleran, sehingga aku serahkan kepadanya urusanku.
-
Dia tidak
henti-hentinya berbicara kepadaku tentang pekerjaanku, dan burusaha menyelami
isi hatiku sedalam-dalamnya untuk mengetahui segala sesuatu tentang penderitaanku, angan-anganku, dan cita-cita
dalam hidup.
-
Tidak pernah dia
menentangku mengenai pikiranku ketika aku bersikeras. Dia hanaya mengikuti aku
seolah-olah mempercayai pendapatku. Kemudian barulah berdiskusi denganku dengan
lemah-lembut dan pikiran yang logis setelah aku reda.
-
Tidak pernah ia
mencemburui aku, karena dia percaya kepadaku. Dan aku pun tidak pernah cemburu
kepadanya, karena aku menghormatinya dan menjaga kemuliaannya, dan aku yakin
akn keluhuran akhlaknya.
-
Dia selalu
menyakinkan kepadaku, bahwa dia adalah gadis yang sederhana, menerima apa
adanya dan hemat. Penghasilanku yang rendah pasti cukup buat kami, dan dari
penghasilan itu dia akan buat hal-hal yang menakjubkan.
-
Dia sering
bersumpah kepadaku, bahwa dia mencintaiku ibuku, karena dia mencintai aku dan
dia menghormati segala keluargaku, karena mereka adalah bagian dariku. Bahkan,
dia menyatakan, saudara perempuanku amat sopan, lemah lembut dan berakhlak
luhur.
Tapi, sekarang, setelah lewat beberapa tahu sejak
pernikahan kami, segala sesuatu mengenai akhlak istrikujadi berubah. Sehingga,
aku kini tidak mengenalnya lagi seperti dulu. Berikut ini adalah sikap-sikapnya
setelah pernikahan :
-
Dia tidak lagi
memperhatikan kesenangan-kesenangan dan kecenderungan-kecenderunganku. Menurut
perasaanya aku menjadi miliknya. Aku kini kehilangan darinya segala keinginan
dan upayanya untuk menyenangkanku.
-
Dalam kehidupan
sehari-hari dia nampak serius. Wajahnya yang dulu nampak berseri, sekarang
nampak manja. Dia semakin pandai memerankan sikap berpaling dan menghadap. Dia
memberiku, tapi seolah-olah lebih unggul dan bermurah hati kedaku.
-
Dia mulai
cemburu kepadaku secara ngaur, bodoh,
dan menegangkan urat saraf, serta menghabiskan segala kesabaran. Cemburu
terhadap apa saja. Dan, sangat disayangkan, cemburunya itu bukan karena
dorongan cinta , tetapi karena ingin memperoleh sesuatu, atau kerena sombong
den hendak menguasai.
-
Setiap kali aku
memberi perintah kepadanya, dia menggoyagkan pundaknya seraya menolak. Setiap
kali aku mengecamnya karena suatu , hal, dia berusaha mendebatku, dan dia
tandaskan bahwa dia sama sekali tidak bersalah.
-
Dia tidak lagi
berhias untukku, tetapi untuk orang-orang lain. Tidak lagi membersihkan
rumanya. Dia hanya menghias ketika ada tamu-tamu untuk mendapatkan pujian dan
kekagumannya.
-
Dia mengabaikan
kecantikan dan rambutnya, bahkan segala melupakan apa-apa yang aku sukai,
sehingga seakan-akan dia wanita lain, bukan yang dulu lagi.
-
Berbicaranya
menjadi logis dan kering, tidak lagi memuat perasaan. Dan dia tidak lagi
menanyakan kepadaku tentang pekerjaanku, seakan-akan itu tidak penting baginya.
-
Adapun soal qana’ah dan hemat, itu sudah berubah.
Dulu dia keluarkan uang untuk sekedar membiayai kebutuhan rumah tangga dan
sisanya dai tabung. Tetapi, kini dia belanjakan uang itu untuk membeli berbagai
modek pakaian, alat-alat kecantikan dan memperindah penampilan-penampilan,
dengan tujuan hendak berbangga dan menunjukkan kemewahan di hadapan teman-teman
yang sebayanya.
-
Dia mulai berani
menghina ibuku, merendahkan keluargaku, dan berusaha menarik aku supaya
berpihak kepada keluarganya. Bahkan, dia menyindir dan mengupat saudara
perempuanku, dan dia katakan kepadaku, itu perempuan busuk dan pembuat makar
serta berusaha menghancurkan kebahagiaan kami.”
Prmbicaraan temanku itu akhirnya selesai, setelah
dia curahkan segenap ganjalan dalam hatinya yang penuh penyesalan, kepahitan
dan penderitaan.
0 komentar:
Posting Komentar